KOMPLIKASI DAN PENYULIT KEHAMILAN PADA TRIMESTER III
Disusun Oleh :
Liyut Romania
11.113
STIKES DARUL MA’ARIF AL INSAN BATURAJA
PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehamilan dengan hipertensi ialah keadaan hipertensi
yang diimbas oleh kehamilan. Istilah ini diadopsi oleh “The American College of
Obstetrician and Gynecologist” untuk mengganti istilah preeklampsia dan
eklampsia. Sindrom ini terdiri atas trias: yaitu hipertensi, proteinuria, dan
edema. Hipertensi jenis ini lazim menjangkiti primigravida (kehamilan 20
minggu) berusia antara 20-35 tahun yang berasal dari lapisan social ekonomi
tingkat bawah, dan menderita malnutrisi. Badan Kesehatan dunia memperkirakan
ada 8% (eklamsia) dan 4% (hipertensi) dari 21 kasus penyebab kematian (selain
abortus) yang ada.
Seorang wanita hamil boleh dicurigai menderita
hipertensi kehamilan, jika yang bersangkutan sering mengeluh pusing, sakit
kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut bagian atas (ulu hati), nafsu makan
lenyap, rasa mual, dan muntah. Tanda yang mudah diperiksa ialah pertambahan
berat badan secara progresif . (3kg tiap minggu). Sehingga perlu adanya
penyusunan menu dan trik khusus untuk menanggulangi masalah tersebut
seperti Diet Rendah Garam karena nutrisi mempunyai peranan penting dalam
upaya pencegahan dan penyembuhan hipertensi maupun komplikasi lain saat
kehamilan.
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat
memberikan sedikit informasi tentang hipertensi dan pre-eklampsia serta diet
untuk menanggulangi masalah hipertensi dan pre-eklampsia. Selain itu makalah
ini dapat digunakan sebagai acuan dan referensi untuk menyusun menu bagi
penderita hiperten dan pre-eklampsia. Sehingga dapat membantu dalam mengatasi
masalah nutrisi bagi penderita hipertensi dan pre-eklampsia.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah dari makalah
ini adalah :
1.
Apa pengertian dari hipertensi ?
2.
Apa patofisologi dari penyakit
hipertensi ?
3.
Apa manifistasi klinik dari penyakit
hipertensi ?
4.
Apa saja klasifikasi dari penyakit
hipertensi ?
5.
Apa saja pencegahan yang dilakukan
untuk penyakit hipertensi ?
6.
Apa saja pengobatan yang dilakukan
untuk penyakit hipertensi ?
7.
Apa saja komplikasi yang di
timbulkan penyakit hipertensi pada kehamilan ?
8.
Apa pengertian dari pre-eklampsia ?
9.
Apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi pre-eklampsia ?
10.
Apa gambaran klinik pre-eklampsia ?
11.
Apa saja klasifikasi pre-eklampsia ?
12.
Apa saja dasar diagnosa
pre-eklampsia ?
13.
Apa saja pencegahan kejadian
pre-eklampsia ?
14.
Apa saja pengobatan yang untuk
pre-eklampsia ?
15.
Apa saja akibat yang ditimbulkan
pre-eklampsia terhadap janin ?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah
ini adalah :
1.
Untuk mengetahui dan memahami
pengertian dari hipertensi.
2.
Untuk mengetahui dan memahami
patofisologi dari penyakit hipertensi.
3.
Untuk mengetahui dan memahami
manifistasi klinik dari penyakit hipertensi.
4.
Untuk mengetahui dan memahami
klasifikasi dari penyakit hipertensi.
5. Untuk mengetahui dan memahami saja
pencegahan yang dilakukan untuk penyakit hipertensi.
6. Untuk mengetahui dan memahami
pengobatan yang dilakukan untuk penyakit hipertensi.
7. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi
yang di timbulkan penyakit hipertensi pada kehamilan.
8.
Untuk mengetahui dan memahami
pengertian dari pre-eklampsia.
9.
Untuk mengetahui dan memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi pre-eklampsia.
10.
Untuk mengetahui dan memahami gambaran
klinik pre-eklampsia.
11.
Untuk mengetahui dan memahami
klasifikasi pre-eklampsia.
12.
Untuk mengetahui dan memahami dasar
diagnosa pre-eklampsia.
13.
Untuk mengetahui dan memahami
pencegahan kejadian pre-eklampsia.
14.
Untuk mengetahui dan memahami
pengobatan yang untuk pre-eklampsia.
15. Untuk mengetahui dan memahami akibat
yang ditimbulkan pre-eklampsia terhadap janin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Hipertensi
2.1.1. Definisi
Hipertensi karena kehamilan yaitu : tekanan darah yang lebih
tinggi dari 140/90 mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki
potensi yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan.
Nilai normal tekanan darah seseorang yang disesuaikan
dengan tingkat aktivitas dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Tetapi
secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat
diwaktu beraktivitas atau berolahraga.
Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan
tension. Hipertensi artinya tekanan yang berlebihan dan tension artinya
tensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis di mana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang
lama) yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian. Seseorang di
katakan menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan
darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik >90 mmHg.
Hipertensi karena kehamilan yaitu : hipertensi yang terjadi
karena atau pada saat kehamilan, dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri
biasanya terjadi pada usia kehamilan memasuki 20 minggu.
Etimologi
: keturunan atau genetik, obesitas, stress, rokok, pola makan yang salah,
emosional, wanita yang mengandung bayi kembar, ketidak sesuaian RH, sakir
ginjal, Hiper/Hipotyroid, Koarktasi Aorta, gangguan kelenjar adrenal, gangguan
kelenjar paratyroid.
2.1.2. Patofisiologi
Menurut Corwin (2001) : Peningkatan Kecepatan Denyut
Jantung, Peningkatan Volume Sekuncup/Curah Jantung yang Bermasalah Lama,
Peningkatan Tekanan Perifer (TPR)yang berlangsung lama.
2.1.3. Manifestasi Klinis
Gejala yang biasa muncul pada ibu yang mengalami hipertensi
pada kehamilan harus di waspadai jika ibu mengeluh : nyeri kepala saat terjaga,
kadang-kadang disertai mual, muntah akibat peningkatan tekanan intrakranium,
pemglihatan kabur, ayunan langkah yang tidak mantap, nokturia, Oedema
depanden dan pembengkakan.
2.1.4. Klasifikasi Hipertensi
Kehamilan yang menyebabkan hipertensi atau hipertensi yang
timbul sebagai akibat kehamilan dan akan menghilang pada masa nifas seperti :
hipertensi tanpa proteinuria atau oedema, pre-eklampsia dengan atau tanpa
proteinuria dan oedema, yaitu pre-eklampsia ringan atau pre-eklampsia berat,
Eklampsia, Hipertensi kronis, kehamilan yang menperburuk hipertensi, hipertensi
sementara (transient hypertension).
2.1.5. Pencegahan Penyakit Hipertensi
Pencegahan kejadian hipertensi secara umum agar menghindari
tekana darah tinggi adalah dengan mengubah kearah hidup sehat, tidak terlalu
banyak berpikir, mengatur diet/pola makan seperti rendah garam, rendah kolestrol
dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, tidak mengkonsumsi rokok
dan alkohol, perbanyak makan mentimun, belimbing, dan juice apel dan seledri
setiap pagi bagi yang mempunyai keluarga riwayat penyumbatan arteri dapat
meminum juice yang di campur dengan susu nonfat yang mengandung omega 3 tinggi.
2.1.6. Pengobatan
Penyakit Hipertensi
Jika seseorang dicurigai hipertensi, maka dilakukan
beberapa pemeriksaan yaitu Wawancara (anamnese) adakah dalam keluarga yang
menderita hipertensi. Dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
pengobatan nonfarmakologik, mengurangi berat badan bial terjadi kelebihan
(indeks masa tubuh >27), membatasi alkohol dan menghentikan rokok serta
mengurangi makanan berkolestrol/lemak jenuh, menghentikan konsumsi kopiyang
berlebihan, berolahraga ringan (jalan-jalan, joging pagi-pagi), mengurangi
asupan natrium (400 mmd Na/2,4 gram Na/64 NaCl/hari). Mempertahankan asupan
kalsium dan magnesium adekuat, perbanyak unsur kalium (buah-buahan), tidak
banyak pikiran, istirahat yang cukup.
2.1.7. Pengobatan
Farmasi
Dianjurkan
minum obat yang tidak banyak efek samping tekanan sederhana, tidak berpengaruh
metabolik negatif dan minum obat yang berfungsi ganda, obat yang berfungsi
ganda adalah obat yang dapat menormalisasikan tekanan darah pada pembuluh
darah, jantung ginjal, otak dan mata. Berikan obat hipertensi apabila tekanan
darah ibu sudah turun atau sudah tidak 14/90 mmHg. Berikan obat luminal sesudah
makan 30 gram peroral 3x sehari dalam jangka waktu 8 jam dari pemberian
sebelumnya.
2.1.8. Komplikasi Hipertensi dalam kehamilan
·
Jika pertumbuhan janin terhambat,
lakukan terminasi kehamilan.
·
Jika terjadi penurunan kesadaran
atau koma, kemungkinan terjadi perdarahan serebral :
-
Turunkan tekanan darah pelan-pelan.
-
Berikan terapi suportif
·
Jika terjadi gagal jantung, ginjal,
atau hati, berikan terapi suportif.
· Jika uji beku darah menunjukan
gangguan tekanan darah, kemungkinan terdapat koagulopati.
· Jika pasien mendapat infus dan di
pasang kateter, perhatikan upaya pencegahan infeksi.
· Jika pasien mendapat cairan per
infus, perlu di pantau jumlah cairan masuk dan keluar agar tidak terjadi
overload cairan.
2.2. Pre-Eklampsia
2.2.1. Definisi
Perkataan “eklampsia” berasal dari Yunani yang berarti
“halilintar” karena gejala eklampsi datang dengan mendadak dan menyebabkan
suasanan gawat dalam kebidanan. Ditemukan beberapa teori yang dapat menerangkan
kejadian pre-eklampsia dan eklampsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif
dan preventif.
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
proteinuria, dan oedema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya
terjadi dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya
misalnya pada mola hidatidosa.
Pre-eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi,
proteinuria, dan oedema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma,
ibutersebut tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vascular atau hipertensi
sebelumnya.
Teori iskemik implantasi plasenta dianggap dapat menerapkan
berbagai gejala pre-eklampsia dan eklampsia.
1. Kenaikan tekanan darah
2. Pengeluaran protein urin.
3. Edema kaki, tangan sampai muka.
4. Terjadinya gejala subjektif :
· Sakit kepala
· Penglihatan kabur
· Nyeri pada epigastrium
· Sesak napas
· Berkurangnya urin
5. Menurunnya kesadaran wanita hamil
sampai koma.
6. Terjadi kejang.
2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi
Pre-eklampsia
Kejadian pre-eklampsia dan eklampsia bervariasi disetiap
negara bahkan pada setiap daerah. Dijumpai berbagai faktor yang mempengaruhi
diantaranya :
· Jumlah primigravida, terutama
primigravida muda.
· Distensi rahim berlebihan,
hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa.
· Penyakit yang menyertai hamil :
diabetes melitus, kegemukan.
· Jumlah umur ibu di atas 35 tahun.
· Pre-eklampsia berkisar anatar 3%
sampai 5% dari kehamilan yang dirawat.
2.2.3. Gambaran Klinik Pre-eklampsia
Gambaran klinik mulai dengan kenaikan berat badan diikuti
edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi
proteinuria. Pada pre-eklampsia ringan gejala subjektif belum di jumpai,
tetapi pada pre-eklampsia berat diikuti keluhan subjektif :
· Sakit kepala terutama daerah frontalis.
· Rasa nyeri di daerah epigastrium.
· Gangguan mata, penglihatan menjadi kabur.
· Terdapat mual sampai muntah.
· Gangguan pernapasan sampai sianosis.
· Terjadi gangguan kesadaran.
Dengan pengeluaraan proteinuria keadaan penyakit semakin
berat, karena terjadi gangguan fungsi ginjal.
2.2.4. Dasar diagnosis pre-eklampsia
Kejadian pre-eklampsia dan eklampsia sulit dicegah, tetapi
diagnosis dini sangat menentukan prognosa janin. Pengawasan hamil sangat penting
karena pre-eklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian yang cukup
tinggi, terutama di negara berkembang. Diagnosis ditetapkan dengan dua dari
trias pre-eklampsiayaitu kenaikan berat badan – edema, kenaikan tekanan darah,
dan terdapat proteinuria.
2.2.5. Klasifikasi Pre-eklampsia
Pre-eklampsia digolongkan ke dalam pre-eklampsia ringan dan
pre-eklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut :
a.
Pre-eklampsia
ringan
Pre-eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
melahirkan.
1. Tekanan darah sistolik 140 atau
kenaikan 30 mmHg dengan interval pemerikasaan 6 jam.
2. Tekanan darah diastolik atau
kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
3.
Kenaikan Berat Badan 1 Kg atau lebih
dalam seminggu.
4. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan
tingkat kualitas plus 1-2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
5.
Oedema pada pretibia, dinding
abdomen, lumbolsakral, wajah atau tangan.
b.
Pre-eklampsia
berat
Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disetai protenuria
dan oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Bila salah satu diantara gejala atau tanda ditemukan pada
ibu hamil sudah dapat digolongkan pre-eklampsia berat :
1.
Tekanan darah 160/110 mmHg.
2.
Oligouria, urin kurang dari 400 cc/
24 jam.
3.
Proteinuria lebih dari 3 gr/liter.
4.
Keluhan subjektif :
· Nyeri epigastrium.
· Gangguan penglihatan.
· Nyeri kepala
· Edema paru dan sianosis.
· Gangguan kesadaran.
5.
Pemeriksaan :
· Kadar enzim hati meningkat disertai
ikterus.
· Perdarahan pada retina.
· Trombosit kurang dari 100.000 mm.
Peningkatan gejala dan tanda gejala pre-eklampsia berat
memberikan petujuk akan terjadi eklampsia, yang mempunyai prognosa buruk dengan
angka kematian maternal dan janin tinggi.
c.
Pre-Eklampsia
Berat Pada Persalinan
Penangan ibu dengan pre-eklampsia berat pada ibu saat
persalinan, dilakukan tindakan penderita dirawat inap antara lain :
1. Istirahan mutlak dan ditempatkan
dalam kamar isolasi; berikan diet rendah garam, lemak, dan tinggi protein;
berikan suntikan MgSO4 8 gr IM, 4 gr dibokong kanan dan 4 gr di bokong kiri;
suntikan dapat di ulang dengan dosis 4 gr setiap jam; syarat pemberian MgSO4
adalah refleks patella positif,diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi
16x/menit dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam
ampul 10 cc; infus dekstros 5% dan Ringer Laktat; berikan obat anti hipertensi:
injeksi katapres 1 ampul 1 mg dan selanjutnya dapat diberikan tablet katapres
3x1/2tablet atau 2x1/2 tablet sehari; diuretika tidak diberikan, kecuali
terdapat oedema umum, oedema paru dan kegagalan jantung kongestif. Untuk itu
dapat disuntika 1 ampul IV Lasix; segera setelah pemberian MgSO4 kedua,
dilakukan induksi partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai
oksitosin 10 satuan dalam infus tetes (dilakukan oleh bidan atas instruksi
dokter).
2. Kala II harus dipersingkat dalam 24
jam dengan ekstraksi vakum atau forceps, jadi ibu dilarang mengedan (dilakukan
oleh dokter ahli kandungan); jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila
terjadi perdarahan yang disebabkan atonia uteri; pemberian MgSO4 kalau tidak
ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan dosis 4gr setiap 4 jam dalam 24
jam postpartum.
3. Bila ada indikasi obstetric
dilakukan seksio sesarea, perhatikan bahwa: tidak terjadi koagulapati; anastesi
yang aman atau terpilih adalah anastesi umum jangan lakukan anastesi lokal,
sedangkan anastesi spinal berhubungan dengan resiko (dilakukan oleh dokter ahli
kandungan).
4. Jika anastesi umum tidak tersedia
atau janin mati, aterm terlalu kecil, lakukan persalinan pervaginam. Jika
serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml dextrose
10 tetes/menit atau dengan prostaglandin (atas instruksi dokter boleh diberikan
oleh bidan).
2.2.6. Pengobatan Obstetric
1. Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu :
a.
Induksi persalinan: tetesan
oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart
mmonitoring.
b. Seksio sesaria (dilakukan oleh
dokter ahli kandungan), bila fetal assesment jelek. Syarat tetesan oksitosin
tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5) atau adanya kontaindikasi tetesan
oksitosin; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif.
Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio
sesaria.
2. Cara teminalisi kehamilan yang sudah inpartu :
Kala I fase laten: 6 jam belum masuk fase aktif maka
dilakukan seksio sesaria; fase aktif : amniotomi saja, bila 6 jam setelah
amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka di lakukan seksio sesaria (bila
perlu dilakukan tetesan oksitosin).
Kala
II : pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus
buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3
menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau
kurang; bila keadaan memungkinka, terminasi di tunda 2 kali 24 jam untuk
memberikan kortikosteroid.
3. Perawatan pre-eklampsia berat pada postpartum
Pemberian
anti kolvusan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir;
teruskan terapi anti hepertensi jika tekanan diastolic masih >110 mmHg;
panatau jumlah urin.
4. Cara pemberian MgSO4
a. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4 IV
(20% dalam 20 cc) selam 1 gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (3-5
menit). Diikuti segera 4 gr di bokong kiri dan 4 gr di bokong kanan (40% dalam
10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat
diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
b.
Dosis ulangan : diberikan 4 gr IM
40% setelah pemberian dosisi awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gr IM setiap 6
jam di mana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
c.
Syarat-syarat pemberian MgSO4:
tersedia antidotum MgSO4 yaitu calsium glokonas 10%, 1 garm (10% dalam cc)
diberika intavena dalam 3 menit; Refleks patella positif kuat; frekuensi
pernapasan lebih 16 kali permenit; produksi urine lebih 100 cc dalam 4 jam
sebelum (0,5 cc/kg BB/jam).
d.
MgSO4 dihentikan bila: ada
tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks fisologi
menurun, fungsi hati terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat
menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernapasan karena ada serum 10
U magnesium pada dosis adekuat adala 4-7 mEq/liter. Refleks fisologis
menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq/liter terjadi kematian
jantung.
e.
Bila timbul tanda-tanda keracunan
magnesium sulfat: hentiak pemberian Magnesium sulfat; berikan calciumglukosa
10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 3 menit; berikan oksigen;
lakukan pernapasan buatan.
f.
Magnesium sulfat dihentikan juga
bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensif).
Catatan
: tindakanyang bersifat operatif dilakukan oleh dokter Obgyn, tindaka yang
bersifat bukan operatif hanya pemberian infus dan obat-obat dapat dilakukan
oleh bidan dengan instruksi dokter Obgyn.
5. Diagnosa
Diagnosa dini harus diutamakan bila diinginkan bila angka
morbilitas dan mortalitas rendah bagi ibu dan anaknya. Walaupun terjadi
pre-eklampsia sukar dicegah, namun pre-eklampsia berat dan eklampsia biasanya
dapat dihindarkan dengan mengenal secara dini penyakit itu dan denga penaganan
secara sempurna.
Pada umumnya dianosis pre-eklampsia disebabkan atas adanya
dua dari trias tanda utama : hipertensi, oedema, proteinuria. Hal ini memang
berguna untuk kepentingan statistik, tetapi dapat merigukan penderita karena
tiap tanda dapat merupakan bahaya kendatipun ditemukan tersendiri.
Diagnosis diferensial anatar pre-eklampsia dan hipertensi
menahuan atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada
hipertensi menahun adanya tekanan darah yang meninggi sebelum hamil pada
kehamilan muda atau 6 bulan postpartum akan sangat berguna untuk membuat
diagnosis. Pemeriksaan funduskopi berguna karena perdarahan dan eksudat
jaringan ditemukan pada pre-eklampsia kelainan tersebut biasanya menujukan
hipertensi menahun. Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria
banyak menolong, proteinuria pada pre-eklampsia jarang timbul sebelum trimester
III, sedang pada penyakit ginjal timbul lebih dahulu. Test fungsi ginjal juga
banyak berguna, pada umumnya fungsi ginjal noramal pada pre-eklampsia ringan.
6. Deteksi Dini
Karena pre-eklampsia tidak dapat dicegah, yang tepenting
adalah bagaimana penyakit ini dapat dideteksi sedin mungkin. Deteksi didapatkan
dari pemeriksaan tekanan darah secara rutin pada saat pemeriksaan kehamilan.
Karena itu pemeriksaan kehamilan rutin mutlak dilakukan agar pre-eklampsia
dapat terdeteksi cepat untuk meminimalisir kemungkinan komplikasi yang lebih
fatal. Pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan dengan seksama, dan usahan
dilakukan oleh orang yang sama misalkan oleh bidan atau dokter.
2.2.7. Pencegahan kejadian Pre-eklampsia
Pre-eklampsia dan Eklampsia merupakan komplikasi kehamilan
yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan
atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan
dan kematian.
Untuk dapat menegakan diagnosis dini di perlukan pengawasan
hamil yang teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan
darah, dan pemeriksaan urin untuk menentukan proteinuria.
Untuk mencegah kejadian pre-eklampsia ringan dapat di
lakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan :
1.
Diet makanan.
Makanan
protein tinggi, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi
gaeram apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada 4
sehat 5 sempurna. Untuk meningkatakan jumlah protein dengan tambahan satu butir
telur setiap hari.
2.
Cukup Istirahat
Istirahat
yang cukup pada ibu hamil semakin tua dalam arti berkerja seperlunya dan
sesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah punggung
janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
3.
Pengawasan antenatal (hamil).
Bila
terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat
pemeriksaan.
d. Uji kemungkinan pre-eklampsia.
· Pemeriksaan tekanan darah atau
kenaikannya.
· Pemeriksaan tinggi fundus uteri.
· Pemeriksaan kenaiakn berat badan
atau edema.
· Pemeriksaan protein dalam urin.
· Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan
fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum, dan pemeriksaan retina mata.
e. Penilaian kondisi janin dalam rahim.
· Pemantauan tinggi fundus uteri.
· Pemeriksaan janin : gerakan janin
dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban.
· Usulkan untuk melakukanpemeiksaan
ultrasonografi
Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk penderita merupakan
sikap yang terpilihdan terpuji.
2.2.8. Akibat Pre-eklampsia pada Janin
Janin yang dikandung ibu hamil mengidap pre-eklampsia akan
hidup dalam rahim dengan nutrisi dan oksugen dibawah normal. Keadaan ini bisa
terjadi karena pembuluh darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit.
Karean buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga akan terjadi
bayi dengan berat lahir rendah. Bisa juga bayi dilahirkan kurang bulan
(prematur), komplikasi lanjutan dari kelahiran prematur yaitu keterlambatan
belajar, epilepsi, sereberal palsy, dan masalah pada pendengaran dan
penglihatan, biru saat dilahirkan (asfiksia) dan sebagainya.
Pada kasus pre-eklampsia yang berat, janin harus segera
dilahirkan jika sudah menunjukan kegawatan. Ini biasanya dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibu tanpa melihat apakah janin sudah dapat hidup diluar
rahim atau tidak. Tapi, ada kalanya keduanya tidak bisa ditolong lagi.
2.2.9. Penanganan Pre-Eklampsia
Penanganan per-eklamsia bertujuan
untuk menghindari kelanjutan untuk mrnjadi eklamsia den pertolongan kebidanan
dengan melahirkan janin dalam keadaan yang optimal dan pertolongan dengan
trauma minmal.
Pada pre-eklamsia ringan penanganan simtomatis dan berobat jalan dengan
memberikan:
1.
Sedativa ringan
· Phenobarbital 3 x 30 mgr
· Valium 3 x10 mgr
2.
Obat penunjang
· Vitamin B kompleks
· Viamin C atau vitamin E
· Zet besi
3.
Nesehat
· Garam dalam makanan di kurangi
· Lebih banyak istrahat berbaring
kearah punggung janin
· Segera datang memeriksakan diri bila
terdapat gejala, sakit kepala, mata kabur, edema mendadak atau berat badan
naik, pernapasan semakin sesak, nyeri pada epigastrium, kesadaran makin
berkurang, gerakan janin berkurang, pengeluaran urin berkurang.
4.
Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat
dan diperketat
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita kerumah sakit
atau merujuk penderita perlu memperhatikan hal berikut:
·
Bila tekananan darah 140/90 mmHg
·
Protein dalam urin 1 plus atau lebih
·
Kenaikan berat badan 1 1/2
kg atau lebih dalam seminggu
·
Edema bertambah mendadak
·
Terdapat gejala dan keluhan
subjektif.
Bidan yang mempunyai polindes dapat merawat penderita
pre-eklampsia berat untuk sementara, sampai menunggu kesempatan melakukan
rujukan sehingga penderita mendapat pertolongan yang sebaik-baiknya. Penderita
di usahakan agar:
1. Terisolasi sehingga tidak mendapat
rangsangan suara ataupun sinar.
2. Dipasang infus glukosa 5%
3. Dilakukan pemeriksaan:
· Pemeriksaan umum: pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernapasan.
· Pemeriksaan kebidanan: pemeriksaan
leopold, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam.
· Pemasangan daur kateter
· Evaluasi keseimbangan cairan
4. Pengobatan:
· Sedativa: phenobarbital 3 x 100 mgr, valium 3 x 20 mgr
· Menghindari kejang:
a. Magnesium sulfat.
- Inisial dosis 8 gr IM, dosis ikutan
4 gr/6jam
- Observasi: pernapasan tidak kurang16
menit, refleks patela positif, urin tidak kurang dari 600 cc/24 jam
b. Valium
-
Inisial dosis 20 mgr IV, dosis
ikutan 20 mgr/drip 20 tetes/menit
-
Dosis maksimal 120 mgr/24 jam
c. Kombinasi pengobatan:
-
Pethidine 50 mgr IM
-
Klorpromazin 50 mgr IM
-
Diazepam (valium) 20 mgr IM
d.
Bila terjadi oligouria doberikan
glikosa 40% IV untuk menarik cairan dari jaringan, sehingga dapat merangsang
diuresis.
5. Setelah keadaan pre-eklamsia berat
dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri kehamilan berdasarkan:
a. Kehamila cukup bulan
b. Mempertahankan kehamilan sampai
mendekati cukup bulan
c.
Kegagalan pengobatan per-eklampsia
berat kehamilan diakhiri tanpa memandang umur
d.
Merujuk penderita kerumah sakit
untuk pengobatan yang adekuat. Mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama
untuk memutuskan kelanjutan pre-eklampsia menjadi eklampsi.
BAB III
P E N U T U P
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Hipertensi karena kehamilan yaitu : tekanan darah yang lebih
tinggi dari 140/90 mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki
potensi yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan.
2.
Klasifikasi hipertensi terhadap
kehamilan yang menyebabkan hipertensi atau hipertensi yang timbul sebagai
akibat kehamilan dan akan menghilang pada masa nifas seperti : hipertensi tanpa
proteinuria atau oedema, pre-eklampsia dengan atau tanpa proteinuria dan
oedema, yaitu pre-eklampsia ringan atau pre-eklampsia berat, Eklampsia,
Hipertensi kronis, kehamilan yang menperburuk hipertensi, hipertensi sementara (transient
hypertension).
3.
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan
tanda-tanda hipertensi, proteinuria, dan oedema yang timbul karena kehamilan.
Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat
terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya :
ü Jumlah
primigravida, terutama primigravida muda.
ü Distensi
rahim berlebihan, hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa.
ü Penyakit
yang menyertai hamil : diabetes melitus, kegemukan.
ü Jumlah
umur ibu di atas 35 tahun.
ü Pre-eklampsia
berkisar anatar 3% sampai 5% dari kehamilan yang dirawat.
5. Pre-eklampsia digolongkan ke dalam
pre-eklampsia ringan dan pre-eklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai
berikut :
ü Pre-eklampsia berat adalah suatu
komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg
atau lebih disetai protenuria dan oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
ü Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disetai protenuria
dan oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
6. Gambaran klinik mulai dengan
kenaikan berat badan diikuti edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah,
dan terakhir terjadi proteinuria. Pada pre-eklampsia ringan gejala
subjektif belum di jumpai, tetapi pada pre-eklampsia berat diikuti keluhan
subjektif :
ü Sakit
kepala terutama daerah frontalis.
ü Rasa
nyeri di daerah epigastrium.
ü Gangguan
mata, penglihatan menjadi kabur.
ü Terdapat
mual sampai muntah.
ü Gangguan
pernapasan sampai sianosis.
ü Terjadi
gangguan kesadaran.
3.2. Saran
Kami
menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan,
sehingga diperlukan masukan untuk kesempurnaannya dari para pembaca. Dengan
masukan itu kami bisa menyusun makalah yang lebih baik lagi. Kami menunggu
kritik dan saran untuk memperbaikinya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin...