Selasa, 04 Februari 2014

MAKALAH POLIP ENDOMETRIUM


       BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Saat ini semakin banyak masalah-masalah kebidanan yang dihadapi oleh masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh banyak penyebab, diantaranya yaitu pola hidup yang semakin tidak terkendali dan juga konsumsi makanan yang jauh dari kata sehat.
Beberapa Penyebab Dari perdarahan diluar haid yaitu :
• Polip serviks
• Erosi portio
• Ulkus portio
• Trauma
• Polip endometrium
Penyebab fungsional perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan diluar haid dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium.
Dua pertiga wanita dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan diluar haid berumur diatas 40 tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah sakit.
Polip endometrium ditandai dengan adanya perdarahan abnormal per vaginam, paling umum menometroragia atau perdarahan bercak ringan pasca menopause. Polip tcrjadi dari umur 29-59 tahun dengan kejadian terbanyak setelah umur 50 tahun. Insiden popil tanpa gejala pada wanita pasca menopause kira-kira 10%.
Polip endometrium biasanya terjadi pada fundus dan dapat melekat dengan adanya tangkai yang ramping (bertangkai) atau dasar yang lebar (tidak bertangkai). Kadang-kadang polip prolaps melalui scrviks. Secara makroskopis polip endometrium tampak sebagai massa ovoid bcrukuran beberapa mill- meter hingga beberapa sentimeter, licin seperti beludru berwarna merah hingga coklat. Secara histologis, polip endometrium mempunyai inti stroma dengan jaringan pembuluh darah yang jelas sena permukaan mukosa endometrium yang dapat melapisi komponen glanduler. Polip di bagian distal dapat menunjukkan perdarahan stroma, sel-sel radang, ulerasi dan dilatasi pembuluh darah dilatasi. Kadang-kadang terjadi poliposis multipel. Varian lain yang jarang adalah adenomioma bertangkai (dibedakan dengan adanya pita penjalin otot polos).
Diagnosis banding meliputi mioma submukosa, sisa produk konsepsi yang tertinggal, kanker endometrium dan sarkoma campuran. Polip sensitif terhadap estrogen dan dapat menjadi keganasan yang prognosisnya lebih baik dibandingkan kanker endometrium non polipoid.
Diagnosis mudah dibuat dengan histeroskopi dan pengobatannya adalah eksisi. Tindakan ini mudah dilakukan dengan histeroskopi diikuti kurctase tangkai. Sebuah senar kawat atau gunting dapat digunakan untuk memotong dasar polip yang besar. Untuk menyingkirkan kanker endometrium, lebih baik diambil sampel kanalis endoservikalis dengan kuretase ketika mengangkat polip. Selama dilakukan SC, lakukan eksplorasi kavum uteri dengan forceps polip Overstreet atau yang serupa. Polip cenderung berulang dan histerektomi merupakan terapi definitif tetapi jarang dilakukan untuk polip endometrium jinak.
Post coital bleeding (PCB) adalah perdarahan yang terjadi setelah coitus, perdarahan pasca senggama.
Pada keadaan tertentu ada beberapa wanita yang mengalami perdarahan setelah melakukan hubungan intim. Perdarahan paska senggama (post coital bleeding/PCB) pada umum nya di sebabkan oleh dua hal, masalah pada serviks (leher rahim) dan perdarahan pada lapisan dalam rahim (endometrium). Juga bisa terjadi karena adanya erosi di vagina dikarenakan baru pertama kali berhubungan atau berhubungan seksual belum terlalu sering sehingga vagina masih sempit, akibat penetrasi (penis masuk ke vagina), terutama bila wanita masih belum penuh terangsang dapat menyebabkan gesekan yang menghakibatkan luka atau lecet.
Yang lebih jarang lagi adalah tumor jinak yang berasal dari campuran sel epitelal vagina seperti yang tersusun dari struktur kelenjar dan duktusnya serta epitel skuamosa dengan diferensiasi lengkap di dalam stoma dengan tingakat diferensiasi moderat.  (Brown pada tahun 2000).

Macam-macam penyakit pada organ genitalia
·         Tumor jinak vulva
·         Tumor jinak vagina
·         Tumor jinak serviks
·         Tumor jinak endometrium
·         Tumor jinak miometrium
·         Tumor jinak jaringan ovarium
·         Tumor epitel ovarium
·         Tumor jinak tuba uterina




A.    Tumor jinak vulva
Peradangan pada kista yang terbentuk akibat sumbatan duktus sekretorius dan kelenjar bartholini dapat juga terjadi secara kronis dan berlangsung hingga bertahun tahun. Untuk jenis ini biasa nya diameter indurasi kista, tidak mencapai ukuran yang besar sehingga penderita juga tidak menyadari adanya kelainan.
Tumor padat vulva
a.       Fibroma
Fibroma merupakan tumor padat vulva yang paling banyak di temukan. Hampir sebagian besar pada vulva merupakan tumor bertangkai dengan diameter kecil dan tidak di kenali oleh penderita. (sumber www.gfmer.cb tanggal 04 Mei 2013)

b.      Polip fibroepitelial
Tumor padat yang merupakan campuran dari jaringan fibrosa dan epitel dapat terjadi di aera mana pun di vulva terutama. (sumber www.gfmer.cb tanggal 04 Mei 2013)

B.     Tumor jinak vagina

Tumor jinak pada vagina dapat berupa tumor kistik dan padat. Terdapat tumor yang terjadi akibat distensi dari anomali ureter (ujung distalnya tidak lengkap atau buntu) dan rudimenter duktus mulleri dimana proses penyatuan (fusi) tidak terjadi/terganggu. (sumber: Kandungan/ Editor Mochammad Anwar tahun 2011). 

a.       Kista inklusi
Kista inklusi merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi di temukan. Lokasi tumor umum nya pada ½ bawah vagina dan posterior atau lateral.
Tumor ini tumbuh dari jaringan epidermal yang berada berada di bawah lapisan mukosa vagina. (sumber: Kandungan/ Editor Ali Baziad tahun 2011).

b.      Kista gartner
Kista ini berasal dari sisi kanalis wolfii (duktus gartner) yang berada di permukaan anterior dan bagiam atas vagina.
Kista gartner adalah bagian anterolateral puncak vagina. (sumber: Kandungan/ Editor Fradetno Prabowo tahun 2011).
Tumor padat vagina
a.       Fibroma vagina
b.      Adenosis vagina
c.       Endometrosis vagina

C.     Tumor jinak serviks
Tumor kistik serviks  (kista retensi)
Epitel ini tersusun dari jenis kolumner tinggi yang sangat rentan terhadap infeksi. Infeksi atau proses restruturisasi endoserviks menyebabkan metaplasia skuamosa maka muara kelenjar akan tertutup. Penutupan tersebut menyebabkan sekret tertahan dan berkembang menjadi kantong kista.
            Tumor padat serviks (polip serviks)
            Polip serviks merupakan lesi atau tumor pada serviks, tumor ini merupakan penjuluran dari bagian endoserviks atau intramukosal serviks dengan fariasi eksternal atau region vaginal serviks. Polip ini berfariasi dari tunggal hingga multipel, berwarna merah terang, rapuh, dan struktur nya menyerupai spons. (sumber: Kandungan/ Editor Fradetno Prabowo tahun 2011).
D.    Tumor jinak endometrium

Perdarahan di luar siklus yang nonspesifik sring kali menjadi gejala utama dari polip endometrium.
Polip endometrium mempunyai konsistensi yang lebih kenyal dan berwarna lebih merah daripada polip serviks. Ujung polip yang keluar dari ostium serviks sering mengalami otium serviks sering mengalami perdarahan , nekrotik, dan peradangan. (sumber: Kandungan/ Editor Ali Baziad tahun 2011).

E.     Tumor jinak miometrium
Mioma uteri

Mioma uteri merupakan tumor jinak struktur utama nya adalah: otot polos rahim. Gejala yang mungkin di timbulkan seperti nyeri, menoragia, hingga infertilitas. Perdarahan hebat yang disebabkan oleh mioma merupakan indikasi utama hiterektomi di Amerika Serikat.
Anggapan klasik bahwa mioma adalah asimtomatik karena hal ini seringkali menyebabkan gejala yang ditimbulkan dari organ sekitarnya (tuba, ovarium atau usus) menjadikan terabaikan. (sumber: Kandungan/ Editor Mochammad Anwar tahun 2011).


F.      Tumor Jinak  Jaringan Ovarium
Kista folikel
Kista folikel sering ditemukan di ovarium dan biasanya berukuran sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra-ovulasi (2,5 cm). (sumber www.gfmer).
Kista folikel yang besar dapat di hubungkann dengan nyeri pelvic, disparenia, kadang kadang perdarahan abnormal uterus.
Sebagai kista dapat mengalami obliterasi dalam 60 haritanpa pengobatan. Pil kontrasepsi dapat di gunakan untuk mengatur siklus dan atresi kista folikel.

Kista granulosa
Kista granulosa merupakan pembesaran non-neoplastik ovarium. Setelah ovulasi, dinding sel granulosa mengalami lutenisasi. Pada pembentukanya varkularisasi baru, darah terkumpul di tengah rongga membentuk korpus hemoragikum. (sumber: Kandungan/ Editor Ali Baziad tahun2011).

G.    Tumor epitel ovarium
Kistadenoma ovarii serosum

Kistadenoma ini di golongakan sebagai neoplasma potensi rendah untuk transpormasi ganas dan hal ini bertolak belakang dengan penderita pada usia pascamenopause yang memiliki potensi anaplastik yang tinggi.
Tumor ini sering ditemukan pada saat pemeriksaan rutin.
Pada kondisi tertentu, penderita akan mengeluhkan rasa tidak nyaman di dalam pelvis, pembesaran perut.

Ada juga tumor jarinagan ikat ovarium/tumor padat ovarium
Ø  Fibroma
Ø  Brenner
Ø  Sel stroma
Ø  Endometroid

(sumber: Kandungan/ Editor Fradetno Prabowo tahun 2011).

               H. Tumor jinak tuba uterine
Lokasi tersering dari tumor kistik tuba adalah pada atau dekat ujung fimbria dan di sebut sebagai kista morgagni. (sumber www.gfmer tanggal 04 Mei 2013).
Kista ini berdinding tipis, transparan, dan  berisi cairan jernih. Ukuran rata rata adalah 1 cm dabn dindingnya tersusun dari jenis yang sama denagn tuba. Jarang sekali menimbulkan gejala klinis  dan pada sebagian besar kasus, tumor ini hanya di temukan hanya pada saat melakukan operasi. (sumber: Kandungan/ Editor Mochammad Anwar tahun 2011).

1.2  Rumusan Masalah

Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Kebidanan dengan Polip Endometrium?

1.3  Tujuan

1.      Mahasiswa mampu mengumpulkan data dan mengkaji secara sistematis pada ibu Polip Endometrium
2.      Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi data untuk mengidentifikasi diagnosa, masalah, dan kebutuhan pada ibu Polip Endometrium.
3.      Mahasiswa mampu menetapkan rencana Asuhan Kebidanan pada Ibu Polip Endometrium
4.      Mahasiswa mampu menetapkan evaluasi rencana Asuhan Kebidanan pada Ibu Polip Endometrium


1.4  Manfaat
1.4.1        Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah referensi di perpustakaan yang berguna bagi mahasiswa/i sebagai pedoman untuk membuat Asuhan Kebidanan pada ibu Polip Endometirum

1.4.2        Bagi Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan pada ibu polip serviks sehingga dapat di aplikasikan dan di kembangkan selanjutnya.
















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Polip Endometrium
Polip Endometrium di sebut juga polip rahim. ini adalah pertumbuhan kecil yang tumbuh sangat lambat dalam dinding rahim. mereka memiliki basis datar besar dan mereka melekat pada rahim melalui gagang bunga memanjang. mereka dapat bulat atau oval dalam bentuk dan mereka biasanya berwarna merah. besar yang muncul menjadi warna lebih gelap dari merah. seorang wanita dapat memiliki satu atau polip endometrium banyak, dan mereka kadang-kadang menonjol melalui vagina menyebabkan kram dan ketidaknyamanan.
Mereka dapat menyebabkan kram karena mereka melanggar pembukaan leher rahim. polip ini dapat terjangkit jika mereka bengkok kehilangan semua pasokan darah mereka. ada kejadian langka saat ini polip menjadi kanker. Wanita yang telah mengalami polip endometrium sulit sekali untuk hamil.
Polip Endometrium Adalah tumor bertangkai lunak yang disebabkan oleh produk hormon yang abnormal, penyebab paling sering adalah siklus anovulatorik dengan produksi estrogen yang berkepanjangan dan tidak adanya progesteron (berkaitan dengan perdarahan uterus disfungsional). (pathofisiologi, hal 1293).
Tumor ini sering dijumpai tetapi tidak dapat dipastikan jumlah kejadiannya. Usia penderita yang mengalami gangguan ini berkisar antara 12 hingga 81 tahun tetapi angka kejadian tertinggi terjadi di antara usia 30-59 tahun. Polip endometrial seringkali berupa penonjolan langsung dari lapisan endometrium atau merupakan tumor bertangkai dengan pembesaran dibagian ujungnya. Polip endometrium merupakan pertumbuhan aktif stroma dan kelenjar endometrium secara fokal, terutama sekali didaerah fundus atau korpus uteri.
Hampir sebagian besar penderita tidak megetahui atau menyadari keberadaan polip endometrium karena kelainan ini tidak menimbulkan gejala spesifik.

2.2 Pertumbuhan Polip Endometrium
Pertumbuhan polip mirip dengan proses hiperplasia endometrium dan tidak jarang hal ini terjadi secara bersamaan. Sering terjadi ditemukan polip endometrium, bersamaan dengan mioma uteri. Oleh kerana itu, sulit untuk menentukan apakah gejala klinis yang timbul disebabkan oleh salah satu atau oleh semua kelainan secara bersamaan.

2.3 Gambaran Klinik Polip Endometrium
Perdarahan diluar silkus yang nonspesifik seringkali menjadi gejala utama dari polip endometrium. Seringkali, polip endometrium ditemukan secara tidak sengaja dari hasil pemeriksaan histeroskopi, ultrasonografi, dan keretase atas dugaan hiperplasia endometrium.
Apabila tangkai polip berukuran cukup panjang sehingga memungkinkan ujung polip mengalami protrusi keluar ostium serviks, maka hal ini dapat memudahkan klinisi untuk menegakkan diagnosis. Polip endometrium mempunyai konsistensi yang lebih kenyal dan berwarna lebih merah daripada polip serviks. Sebagian besar polip mempunyai susunan histologis yang sama dengan endometrium da dasar tangkainya dan tidak menunjukkan perubahan sekretorik.
Kurang dari sepertiga polip memiliki komposisi jaringan yang sama dengan jaringan endometrium penyusun atau endometrium asalnya. Ujung polip yang keluar dari ostium serviks sering mengalami perdarahan, nekrotik, dan peradangan. Sebagian besar gambaran histipatologikdari polip endometrium menunjukkan adanya hiperplasia kistik, hanya sebagian kecil saja yang menunjukkan hiperplasia adenomatosa.

2.4  Etiologi Polip Endometrium
a.       Produksi hormon yang abnormal yaitu hormon estrogen yang tidak diimbangi oleh hormon progesteron
b.      Placenta yang tertinggal setelah partus dan abortus.
c.       Polip bisa berasal dari adenoma-adenofibrinoma dan juga mioma submukosum yang diakibatkan oleh meningkatnya hormon.

2.5  Tanda dan Gejala Polip Endometrium
Tidak ada penyebab pasti dari polip endometrium, tetapi pertumbuhan mereka dapat di pengaruhi oleh kadar hormon, terutama esterogen. seringkali tidak ada gejala, tetapi beberapa gejala dapat diidentifikasi terkait dengan pembentukannya
a.       Sebuah kesenjangan antara perdarahan haid
b.      Tidak teratur atau perdarahan menstruasi yang
c.       berkepanjangan
d.      Perdarahan haid yang terlalu berat
e.       Rasa sakit atau dismenore (nyeri pada saat menstruasi)
f.       Perdarahan yang banyak dan lebih lama
g.      Ibu mengalami dispareuni saat berhubungan seksual

2.6  Penanganan Polip Endometrium
1.      Pada polip endometrium tidak bertangkai umumnya diangkat dengan cara kuretage.
2.      Histeroskopi dengan cara kateterisasi dan bedah laser.
3.      Identifikasi histologi dari endometrium yang berdarah membantu dalam pemilihan hormonal yang rasional.

Bila ujung polip keluar melalui ostium serviks sehingga mudah untuk dicapai makan pemutusan tangkai polip dapat dilakukan melalui dua cara.
1.      Dengan menjepit tangkai polip dan kemudian melakukan putaran atau torsi pada tangkai sehingga terputus.
2.      Dengan menggunakan ikatan laso longgar yang kemudian didorong hingga mencapai dasar tangkai dan kemudian diikatkan hingga tangkai terputus.

Jenis tindakan Operasi yang dipilih
a)       Miomektomi
·         Mioma subserosum bertangkai.
·         Ingin punya anak lagi.
·         Wanita muda.
·         Dikuret dulu menyingkirkan kemungkinan
keganasan.
·         Kerugiannya :
·         Melemahkan dinding otot uterus dan dapat menyebabkan ruplura uteri saat kehamilan.
·         Menyebabkan perlengketan dan residif.

b)      Histerektomi Totalis & Supravaginalis
·         Mioma yang besar dan multipel
·         Pertumbuhan mioma yang cepat
·          Histerektomi Totalis sebaiknya jika :
Ø  Fungsi reproduksi tak diperlukan lagi
Ø  Pertumbuhan mioma yang cepat
Ø  Terdapat perdarahan yang membahayakan



3.1  Pengertian Erosi Porsio
Erosi Porsio ialah adanya sekitar ostium uteri eksternum suatu berwarna merah menyala dan agak mudah berdarah. (Winkjosastro, Jakarta : 2005 Hal 167).
Erosi Porsio adalah pengisikan mulut rahim yang disebabkan oleh karena manipulasi atau keterpaparan oleh bendah yang dapat mengakibatkan menjadi radang dan lama- lama menjadi infeksi. (www.geogle memahami Reproduksi wanita). Erosi Porsio dewasa ini telah sangat jarang sekali di pakai pada sumber kepustakaan, dan sekarang ini yang tampak adalah bahwa erosia porsiosebenarnya ialah servisitis kronika. (Sarwono Prawirohardjo).
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan. Luka- luka kecil maupun besar pada serviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endoserviks dan kelenjar- kelenjarnya lalu menyebabkan infeksi menahun.
Erosi porsio dapat dibagi menjadi 3:
1) Erosi ringan : meliputi ≤ 1/3 total area porsio
2) Erosi sedang : meliputi 1/3-2/3 total area porsio
3) Erosi berat : meliputi ≥ 2/3 total area porsio

3.2  Etiologi Erosi Porsio
a)      Keterpaparan suatu benda pada saat pemasangan AKDR. Pada saat pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan tidak steril yang dapat menyababkan infeksi. AKDR juga mengakibatkan bertambahnya volume dan lama haid (darah merupakan media subur untuk berkembangbiaknya kuman) penyebab terjadi infeksi.

b)      Infeksi pada masa reproduktif menyebabkan batas antara epitel canalis cervicalis dan epitel portio berpindah, infeksi juga dapat memyebabkan menipisnya epitel portio dan gampang terjadi erosi pada porsio (hubungan seksual).
c)      Pada masa reproduktif batas berpindah karena adanya infeksi (cervicitis, kolpitis).
d)     Rangsangan luar maka epitel gampang berapis banyak dan porsio mati dan diganti dengan epitel silinderis canalis servikalis. (Winkjosastro, Jakarta : 2005 Hal. 167).

3.3  Patofisiologi Terjadinya Erosi Porsio
Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD. IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah erosi portio. Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.
Dari semua kejadian erosi portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher rahim.Selain dan personal hygien yang kurang IUD juga dapat menyebabkan bertambahnya volume dan lama haid darah merupakan medai subur untuk masuknya kuman dan menyebabkan infeksi, dengan adanya infeksi dapatmasuknya kuman dan menyebabkan infeksi.
Dengan adanya infeksi dapat menyebabkan Epitel Portio menipis sehingga mudah menggalami Erosi Portio, yang ditandai dengan sekret bercampur darah, metrorrhagia, ostium uteri eksternum tampak kemerahan, sekred juga bercampur dengan nanah, ditemukan ovulasi nabathi. (Winkjosastro, hanifa. Ilmu kandungan jilid I, YBPS-SP, Jakarta : 2005).

3.4  Tanda dan Gejala
a)      Sekret bercampur darah setelah bersenggama
b)      Dapat menimbulkan pendarahan kontak.
c)      Portio uterus disekitar ostium uteri eksternum tampah daerah kemerah-merahan yang sulit dipisahkan secara jelas dan Epitel Portio.
d)     Sekret juga tidak dapat bercampur dengan nanah.
e)      Pada Erosi sering di ketemukan ovula nobathii. (Winkjosastro, Jakarta : 2005 Hal 175).

3.5  Penanganan
Erosi dapat disembuhkan dengan obat keras seperti AgNO3 10% atau Albothyl yang menyebabkan nekrose Epitel silinderis dengan harapan bahwa kemudian diganti dengann Epitel gepeng berlapis banyak.
a)      Memberikan albotyl di sekitar Erosio pada portio.
b)      Melakukan penatalaksanaan pemberian obat.
·         Lyncopar 3 x 1 untuk infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri /streptokokus pneomokokus stafilokokus dan infeksi kulit dan jaringan lunak.
·         Ferofort 1 x 1 berfungsi untuk mengobati keputihan
·         Mefinal 3 x 1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit



4.1  Pengertian Ulkus Portio
Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah dengan batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum.

4.2  Etiologi
a)      Penggunaan IUD
b)      Pemakaian pil
c)      Perilaku seksual yang tidak sehat
d)     Trauma

4.3  Patofisiologi
Proses terjadinya ulkus portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD.IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah ulkus portio dan akhir nya menjadi ulkus.
Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.Dari semua kejadian ulkus portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher rahim.





4.4  Gejala
a)      Adanya fluxus
b)      Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas
c)      Adanya kontak berdarah
d)     Portio teraba tidak rata

4.5  Penanggulangan
a)      Membatasi hubungan suami istri
Adanya ulkus porsio membuat porsio mudah sekali berdarah setiap kali mengalami gesekan sekecil apapun, sehingga sebaiknya koitus dihindari sampai ulkus sembuh.
b)      Menjaga kebersihan vagina
Bila kebersihan vagina tidak dijaga, maka akan dapat memperburuk kondisi porsio, sebab akan semakin rentan terkena infeksi lainnya.
c)       Lama pemakaian IUD harus diperhatikan.

4.6  Efek Samping Penggunaan IUD dan Penanggulangannya
1.      Infeksi
a)      Gejala :
·         Keluarnya cairan putih yang baru
·         Nyeri perut bagian bawah
·         Suhu ≥ 37ºC
b)      Penyebab
·         Akibat dari pemasangan tidak sesuai dengan standar baku dan tidak steril.
·          Partner seksual yang banyak dan lama pemakaian IUD.
c)      Penanggulangan
·         Saling setia pada pasangannya
·          Lama pemakaian IUD harus diperhatikan
·         Pengobatan dengan albotyl vagina 1x selama satu minggu.
2.      Keputihan
a)      Gejala : Keluarnya cairan jernih, tidak berbau dan tidak ada gatal dari vagina
b)      Penyebab
Karena adanya reaksi endometrium.
c)      Penanggulangan
·         Menjaga kebersihanvagina agar tidak lembab
·         Sering kontrol, jangan kalau ada keluhan saja
·         USG
·         Pengobatan dengan albotyl 36 % nystatisn 1x / minggu.
3.      Ekspulsi
a)      Gejala
·         Nyeri pada keluhan
·         Terabanya bagian IUD di dalam vagina.
b)      Penyebab
·         Karena ukuran IUD yang tidak sesuai
·         Karena letak IUD yang tidak sempurna.
d)     Penanggulangan
·         Melepas IUD
·         Pemasangan yang sesuai standar
·          Ukuran IUD disesuaikan dengan ukuran uterus.
e)      Translokasi IUD
a.       Gejala
·         Klien merasakan rasa nyeri yang hebat pada waktu pemasangan
·         Klien tampak menyeringai.


b.      Penyebab
·         Pemasangan yang sulit sehingga dilakukan pemaksaan
·         Pemasukan inserter dengan arah yang salah
·         Teknik pemasangan IUD dengan push ini.
c.       Penanggulangan
·         Kolaborasi dengan dokter untuk USG
·         Angkat IUD dengan laparotomi.
4.      Rasa mules / nyeri / kram perut bawah
a)      Gejala
·         Nyeri / mules / sakit pinggang terutama pada hari pertama sesudah pemasangan
·         Wajah klien menyeringai
·         Nyeri tekan pada atas sympisis pada adneksa.
b)      Penyebab Psikis.
·         Letak IUD yang tidak tepat
·          IUD merangsang pembentukan prostaglandin pada waktu haid.
c)      Penanggulanganan
·         Beri konseling pada akseptor
·         IUD dilepas bila nyeri hebat
·         Beri antibiotik 3x 500 mg/hr selama 1 minggu










BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Penyebab fungsional perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan diluar haid dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium.
Beberapa Penyebab Dari perdarahan diluar haid yaitu :
• Polip serviks
• Erosi portio
• Ulkus portio
• Trauma
• Polip endometrium

3.2     Saran
3.2.1        Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada mahasiswa dalam melakukan tindakan melalui hal-hal baru yang ditemui mahasiswa dilahan paktik yang belum didapatkan dipendidikan sehingga kualitas pendidikanpun dapat ditingkatkan khususnya di program study DIII Kebidanan Darul Ma’arif Al-Insan Baturaja

3.2.2        BagiMahasiswa
Diharapakan dapat melakukan suatu tindakan sesuai dengan prosedur pelaksanaan .Mahasiswa diharapkan dapat mengetahuhi teori dan praktik lapangan tentang gangguan reproduksi dengan baik dan benar .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar