BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini semakin banyak
masalah-masalah kebidanan yang dihadapi oleh masyarakat. Hal ini diakibatkan
oleh banyak penyebab, diantaranya yaitu pola hidup yang semakin tidak
terkendali dan juga konsumsi makanan yang jauh dari kata sehat.
Beberapa Penyebab Dari perdarahan diluar haid yaitu :
• Polip serviks
• Erosi portio
• Ulkus portio
• Trauma
• Polip endometrium
Penyebab fungsional perdarahan
dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, dinamakan
perdarahan disfungsional. Perdarahan diluar haid dapat terjadi pada setiap umur
antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan ini lebih sering dijumpai
sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium.
Dua pertiga wanita dari
wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan diluar haid berumur
diatas 40 tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek dijumpai
pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan
ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah sakit.
Polip endometrium ditandai dengan adanya perdarahan abnormal per vaginam,
paling umum menometroragia atau perdarahan bercak ringan pasca menopause. Polip
tcrjadi dari umur 29-59 tahun dengan kejadian terbanyak setelah umur 50 tahun.
Insiden popil tanpa gejala pada wanita pasca menopause kira-kira 10%.
Polip endometrium biasanya terjadi pada fundus dan dapat melekat dengan
adanya tangkai yang ramping (bertangkai) atau dasar yang lebar (tidak
bertangkai). Kadang-kadang polip prolaps melalui scrviks. Secara makroskopis
polip endometrium tampak sebagai massa ovoid bcrukuran beberapa mill- meter
hingga beberapa sentimeter, licin seperti beludru berwarna merah hingga coklat.
Secara histologis, polip endometrium mempunyai inti stroma dengan jaringan
pembuluh darah yang jelas sena permukaan mukosa endometrium yang dapat melapisi
komponen glanduler. Polip di bagian distal dapat menunjukkan perdarahan stroma,
sel-sel radang, ulerasi dan dilatasi pembuluh darah dilatasi. Kadang-kadang
terjadi poliposis multipel. Varian lain yang jarang adalah adenomioma
bertangkai (dibedakan dengan adanya pita penjalin otot polos).
Diagnosis banding meliputi mioma submukosa, sisa produk konsepsi yang
tertinggal, kanker endometrium dan sarkoma campuran. Polip sensitif terhadap
estrogen dan dapat menjadi keganasan yang prognosisnya lebih baik dibandingkan
kanker endometrium non polipoid.
Diagnosis mudah dibuat dengan histeroskopi dan pengobatannya adalah eksisi.
Tindakan ini mudah dilakukan dengan histeroskopi diikuti kurctase tangkai.
Sebuah senar kawat atau gunting dapat digunakan untuk memotong dasar polip yang
besar. Untuk menyingkirkan kanker endometrium, lebih baik diambil sampel
kanalis endoservikalis dengan kuretase ketika mengangkat polip. Selama
dilakukan SC, lakukan eksplorasi kavum uteri
dengan forceps polip Overstreet atau yang serupa. Polip cenderung berulang dan
histerektomi merupakan terapi definitif tetapi jarang dilakukan untuk polip
endometrium jinak.
Post coital
bleeding (PCB) adalah perdarahan yang terjadi setelah coitus, perdarahan pasca
senggama.
Pada
keadaan tertentu ada beberapa wanita yang mengalami perdarahan setelah
melakukan hubungan intim. Perdarahan paska senggama (post coital bleeding/PCB)
pada umum nya di sebabkan oleh dua hal, masalah pada serviks (leher rahim) dan
perdarahan pada lapisan dalam rahim (endometrium). Juga bisa terjadi karena
adanya erosi di vagina dikarenakan baru pertama kali berhubungan atau
berhubungan seksual belum terlalu sering sehingga vagina masih sempit, akibat
penetrasi (penis masuk ke vagina), terutama bila wanita masih belum penuh
terangsang dapat menyebabkan gesekan yang menghakibatkan luka atau lecet.
Yang
lebih jarang lagi adalah tumor jinak yang berasal dari campuran sel epitelal
vagina seperti yang tersusun dari struktur kelenjar dan duktusnya serta epitel
skuamosa dengan diferensiasi lengkap di dalam stoma dengan tingakat
diferensiasi moderat. (Brown pada tahun 2000).
Macam-macam
penyakit pada organ genitalia
·
Tumor jinak vulva
·
Tumor jinak vagina
·
Tumor jinak serviks
·
Tumor jinak endometrium
·
Tumor jinak miometrium
·
Tumor jinak jaringan ovarium
·
Tumor epitel ovarium
·
Tumor jinak tuba uterina
A. Tumor
jinak vulva
Peradangan
pada kista yang terbentuk akibat sumbatan duktus sekretorius dan kelenjar
bartholini dapat juga terjadi secara kronis dan berlangsung hingga bertahun
tahun. Untuk jenis ini biasa nya diameter indurasi kista, tidak mencapai ukuran
yang besar sehingga penderita juga tidak menyadari adanya kelainan.
Tumor
padat vulva
a. Fibroma
Fibroma
merupakan tumor padat vulva yang paling banyak di temukan. Hampir sebagian
besar pada vulva merupakan tumor bertangkai dengan diameter kecil dan tidak di
kenali oleh penderita. (sumber www.gfmer.cb tanggal 04 Mei 2013)
b. Polip
fibroepitelial
Tumor
padat yang merupakan campuran dari jaringan fibrosa dan epitel dapat terjadi di
aera mana pun di vulva terutama. (sumber www.gfmer.cb tanggal 04 Mei 2013)
B. Tumor
jinak vagina
Tumor
jinak pada vagina dapat berupa tumor kistik dan padat. Terdapat tumor yang
terjadi akibat distensi dari anomali ureter (ujung distalnya tidak lengkap atau
buntu) dan rudimenter duktus mulleri dimana proses penyatuan (fusi) tidak
terjadi/terganggu. (sumber:
Kandungan/ Editor Mochammad Anwar tahun 2011).
a. Kista
inklusi
Kista
inklusi merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi di temukan. Lokasi
tumor umum nya pada ½ bawah vagina dan posterior atau lateral.
Tumor
ini tumbuh dari jaringan epidermal yang berada berada di bawah lapisan mukosa
vagina. (sumber:
Kandungan/ Editor Ali Baziad tahun 2011).
b. Kista
gartner
Kista
ini berasal dari sisi kanalis wolfii (duktus gartner) yang berada di permukaan
anterior dan bagiam atas vagina.
Kista gartner adalah bagian
anterolateral puncak vagina. (sumber:
Kandungan/ Editor Fradetno Prabowo tahun 2011).
Tumor padat vagina
a. Fibroma
vagina
b. Adenosis
vagina
c. Endometrosis
vagina
C. Tumor
jinak serviks
Tumor
kistik serviks (kista retensi)
Epitel ini tersusun dari jenis kolumner tinggi yang
sangat rentan terhadap infeksi. Infeksi atau proses restruturisasi endoserviks
menyebabkan metaplasia skuamosa maka muara kelenjar akan tertutup. Penutupan
tersebut menyebabkan sekret tertahan dan berkembang menjadi kantong kista.
Tumor padat serviks (polip serviks)
Polip serviks merupakan lesi atau
tumor pada serviks, tumor ini merupakan penjuluran dari bagian endoserviks atau
intramukosal serviks dengan fariasi eksternal atau region vaginal serviks. Polip
ini berfariasi dari tunggal hingga multipel, berwarna merah terang, rapuh, dan
struktur nya menyerupai spons. (sumber:
Kandungan/ Editor Fradetno Prabowo tahun 2011).
D. Tumor
jinak endometrium
Perdarahan
di luar siklus yang nonspesifik sring kali menjadi gejala utama dari polip
endometrium.
Polip
endometrium mempunyai konsistensi yang lebih kenyal dan berwarna lebih merah
daripada polip serviks. Ujung polip yang keluar dari ostium serviks sering
mengalami otium serviks sering mengalami perdarahan , nekrotik, dan peradangan. (sumber: Kandungan/ Editor Ali Baziad tahun 2011).
E. Tumor
jinak miometrium
Mioma uteri
Mioma
uteri merupakan tumor jinak struktur utama nya adalah: otot polos rahim. Gejala
yang mungkin di timbulkan seperti nyeri, menoragia, hingga infertilitas.
Perdarahan hebat yang disebabkan oleh mioma merupakan indikasi utama
hiterektomi di Amerika Serikat.
Anggapan
klasik bahwa mioma adalah asimtomatik karena hal ini seringkali menyebabkan
gejala yang ditimbulkan dari organ sekitarnya (tuba, ovarium atau usus)
menjadikan terabaikan. (sumber:
Kandungan/ Editor Mochammad Anwar tahun 2011).
F. Tumor
Jinak Jaringan Ovarium
Kista folikel
Kista
folikel sering ditemukan di ovarium dan biasanya berukuran sedikit lebih besar
(3-8 cm) dari folikel pra-ovulasi (2,5 cm). (sumber www.gfmer).
Kista
folikel yang besar dapat di hubungkann dengan nyeri pelvic, disparenia, kadang
kadang perdarahan abnormal uterus.
Sebagai kista dapat
mengalami obliterasi dalam 60 haritanpa pengobatan. Pil kontrasepsi dapat di
gunakan untuk mengatur siklus dan atresi kista folikel.
Kista granulosa
Kista
granulosa merupakan pembesaran non-neoplastik ovarium. Setelah ovulasi, dinding
sel granulosa mengalami lutenisasi. Pada pembentukanya varkularisasi baru,
darah terkumpul di tengah rongga membentuk korpus hemoragikum. (sumber: Kandungan/ Editor Ali Baziad tahun2011).
G. Tumor
epitel ovarium
Kistadenoma ovarii
serosum
Kistadenoma
ini di golongakan sebagai neoplasma potensi rendah untuk transpormasi ganas dan
hal ini bertolak belakang dengan penderita pada usia pascamenopause yang
memiliki potensi anaplastik yang tinggi.
Tumor
ini sering ditemukan pada saat pemeriksaan rutin.
Pada kondisi tertentu,
penderita akan mengeluhkan rasa tidak nyaman di dalam pelvis, pembesaran perut.
Ada juga tumor
jarinagan ikat ovarium/tumor padat ovarium
Ø Fibroma
Ø Brenner
Ø Sel
stroma
Ø Endometroid
(sumber:
Kandungan/ Editor Fradetno Prabowo tahun 2011).
H. Tumor jinak tuba uterine
Lokasi tersering dari tumor kistik tuba adalah pada
atau dekat ujung fimbria dan di sebut sebagai kista morgagni. (sumber www.gfmer tanggal 04 Mei 2013).
Kista ini berdinding tipis, transparan, dan berisi cairan jernih. Ukuran rata rata adalah
1 cm dabn dindingnya tersusun dari jenis yang sama denagn tuba. Jarang sekali
menimbulkan gejala klinis dan pada
sebagian besar kasus, tumor ini hanya di temukan hanya pada saat melakukan
operasi. (sumber:
Kandungan/ Editor Mochammad Anwar tahun 2011).
1.2 Rumusan
Masalah
Bagaimana
penatalaksanaan Asuhan Kebidanan dengan Polip Endometrium?
1.3 Tujuan
1.
Mahasiswa
mampu mengumpulkan data dan mengkaji secara sistematis pada ibu Polip
Endometrium
2.
Mahasiswa
mampu melaksanakan intervensi data untuk mengidentifikasi diagnosa, masalah,
dan kebutuhan pada ibu Polip Endometrium.
3.
Mahasiswa
mampu menetapkan rencana Asuhan Kebidanan pada Ibu Polip Endometrium
4.
Mahasiswa
mampu menetapkan evaluasi rencana Asuhan Kebidanan pada Ibu Polip Endometrium
1.4 Manfaat
1.4.1
Bagi
Institusi Pendidikan
Untuk menambah referensi di perpustakaan yang berguna
bagi mahasiswa/i sebagai pedoman untuk membuat Asuhan Kebidanan pada ibu Polip
Endometirum
1.4.2
Bagi
Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan pada ibu polip serviks sehingga dapat di aplikasikan dan di
kembangkan selanjutnya.
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Polip Endometrium
Polip Endometrium di
sebut juga polip rahim. ini adalah pertumbuhan kecil yang tumbuh sangat lambat
dalam dinding rahim. mereka memiliki basis datar besar dan mereka melekat pada
rahim melalui gagang bunga memanjang. mereka dapat bulat atau oval dalam bentuk
dan mereka biasanya berwarna merah. besar yang muncul menjadi warna lebih gelap
dari merah. seorang wanita dapat memiliki satu atau polip endometrium banyak,
dan mereka kadang-kadang menonjol melalui vagina menyebabkan kram dan
ketidaknyamanan.
Mereka dapat menyebabkan kram karena
mereka melanggar pembukaan leher rahim. polip ini dapat terjangkit jika mereka
bengkok kehilangan semua pasokan darah mereka. ada kejadian langka saat ini
polip menjadi kanker. Wanita yang telah mengalami polip
endometrium sulit sekali untuk hamil.
Polip Endometrium Adalah tumor bertangkai lunak yang disebabkan oleh produk
hormon yang abnormal, penyebab paling sering adalah siklus anovulatorik dengan
produksi estrogen yang berkepanjangan dan tidak adanya progesteron (berkaitan
dengan perdarahan uterus disfungsional). (pathofisiologi, hal 1293).
Tumor ini sering dijumpai tetapi
tidak dapat dipastikan jumlah kejadiannya. Usia penderita yang mengalami
gangguan ini berkisar antara 12 hingga 81 tahun tetapi angka kejadian tertinggi
terjadi di antara usia 30-59 tahun. Polip endometrial seringkali berupa
penonjolan langsung dari lapisan endometrium atau merupakan tumor bertangkai
dengan pembesaran dibagian ujungnya. Polip endometrium merupakan pertumbuhan
aktif stroma dan kelenjar endometrium secara fokal, terutama sekali didaerah
fundus atau korpus uteri.
Hampir sebagian besar penderita
tidak megetahui atau menyadari keberadaan polip endometrium karena kelainan ini
tidak menimbulkan gejala spesifik.
2.2 Pertumbuhan
Polip Endometrium
Pertumbuhan polip mirip dengan
proses hiperplasia endometrium dan tidak jarang hal ini terjadi secara
bersamaan. Sering terjadi ditemukan polip endometrium, bersamaan dengan mioma
uteri. Oleh kerana itu, sulit untuk menentukan apakah gejala klinis yang timbul
disebabkan oleh salah satu atau oleh semua kelainan secara bersamaan.
2.3 Gambaran
Klinik Polip Endometrium
Perdarahan diluar silkus yang
nonspesifik seringkali menjadi gejala utama dari polip endometrium. Seringkali,
polip endometrium ditemukan secara tidak sengaja dari hasil pemeriksaan
histeroskopi, ultrasonografi, dan keretase atas dugaan hiperplasia endometrium.
Apabila tangkai polip berukuran
cukup panjang sehingga memungkinkan ujung polip mengalami protrusi keluar
ostium serviks, maka hal ini dapat memudahkan klinisi untuk menegakkan
diagnosis. Polip endometrium mempunyai konsistensi yang lebih kenyal dan
berwarna lebih merah daripada polip serviks. Sebagian besar polip mempunyai
susunan histologis yang sama dengan endometrium da dasar tangkainya dan tidak
menunjukkan perubahan sekretorik.
Kurang dari sepertiga polip
memiliki komposisi jaringan yang sama dengan jaringan endometrium penyusun atau
endometrium asalnya. Ujung polip yang keluar dari ostium serviks sering
mengalami perdarahan, nekrotik, dan peradangan. Sebagian besar gambaran
histipatologikdari polip endometrium menunjukkan adanya hiperplasia kistik,
hanya sebagian kecil saja yang menunjukkan hiperplasia adenomatosa.
2.4 Etiologi Polip
Endometrium
a.
Produksi
hormon yang abnormal yaitu hormon estrogen yang tidak diimbangi oleh hormon
progesteron
b.
Placenta yang
tertinggal setelah partus dan abortus.
c.
Polip bisa
berasal dari adenoma-adenofibrinoma dan juga mioma submukosum yang diakibatkan
oleh meningkatnya hormon.
2.5 Tanda dan Gejala Polip Endometrium
Tidak ada penyebab pasti dari polip
endometrium, tetapi pertumbuhan mereka dapat di pengaruhi oleh kadar hormon,
terutama esterogen. seringkali tidak ada gejala, tetapi beberapa gejala dapat
diidentifikasi terkait dengan pembentukannya
a.
Sebuah kesenjangan
antara perdarahan haid
b.
Tidak teratur
atau perdarahan menstruasi yang
c.
berkepanjangan
d.
Perdarahan
haid yang terlalu berat
e.
Rasa sakit
atau dismenore (nyeri pada saat menstruasi)
f.
Perdarahan yang banyak dan lebih lama
g.
Ibu mengalami
dispareuni saat berhubungan seksual
2.6 Penanganan Polip
Endometrium
1.
Pada polip
endometrium tidak bertangkai umumnya
diangkat dengan cara kuretage.
2.
Histeroskopi
dengan cara kateterisasi dan bedah laser.
3.
Identifikasi
histologi dari endometrium yang berdarah membantu dalam pemilihan hormonal yang
rasional.
Bila ujung polip keluar melalui
ostium serviks sehingga mudah untuk dicapai makan pemutusan tangkai polip dapat
dilakukan melalui dua cara.
1.
Dengan menjepit
tangkai polip dan kemudian melakukan putaran atau torsi pada tangkai sehingga
terputus.
2.
Dengan
menggunakan ikatan laso longgar yang kemudian didorong hingga mencapai dasar
tangkai dan kemudian diikatkan hingga tangkai terputus.
Jenis tindakan Operasi yang dipilih
a)
Miomektomi
·
Mioma subserosum bertangkai.
·
Ingin punya anak lagi.
·
Wanita muda.
·
Dikuret dulu menyingkirkan kemungkinan
keganasan.
·
Kerugiannya :
·
Melemahkan dinding otot uterus dan dapat
menyebabkan ruplura uteri saat kehamilan.
·
Menyebabkan perlengketan dan residif.
b)
Histerektomi Totalis &
Supravaginalis
·
Mioma yang besar dan multipel
·
Pertumbuhan mioma yang cepat
·
Histerektomi Totalis sebaiknya jika :
Ø Fungsi reproduksi tak diperlukan lagi
Ø Pertumbuhan mioma yang cepat
Ø Terdapat perdarahan yang membahayakan
3.1 Pengertian Erosi Porsio
Erosi Porsio
ialah adanya sekitar ostium uteri eksternum suatu berwarna merah menyala dan
agak mudah berdarah. (Winkjosastro, Jakarta : 2005 Hal 167).
Erosi Porsio adalah
pengisikan mulut rahim yang disebabkan oleh karena manipulasi atau keterpaparan
oleh bendah yang dapat mengakibatkan menjadi radang dan lama- lama menjadi
infeksi. (www.geogle memahami Reproduksi
wanita). Erosi Porsio dewasa
ini telah sangat jarang sekali di pakai pada sumber kepustakaan, dan sekarang
ini yang tampak adalah bahwa erosia porsiosebenarnya
ialah servisitis kronika. (Sarwono
Prawirohardjo).
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang
pernah melahirkan. Luka- luka kecil maupun besar pada serviks karena partus
atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endoserviks dan kelenjar-
kelenjarnya lalu menyebabkan infeksi menahun.
Erosi porsio
dapat dibagi menjadi 3:
1) Erosi ringan : meliputi ≤ 1/3
total area porsio
2) Erosi sedang : meliputi 1/3-2/3
total area porsio
3) Erosi berat : meliputi ≥ 2/3
total area porsio
3.2
Etiologi
Erosi Porsio
a) Keterpaparan
suatu benda pada saat pemasangan AKDR. Pada saat pemasangan alat kontrasepsi
yang digunakan tidak steril yang dapat menyababkan infeksi. AKDR juga
mengakibatkan bertambahnya volume dan lama haid (darah merupakan media subur
untuk berkembangbiaknya kuman) penyebab terjadi infeksi.
b) Infeksi pada
masa reproduktif menyebabkan batas antara epitel canalis cervicalis dan epitel
portio berpindah, infeksi juga dapat memyebabkan menipisnya epitel portio dan
gampang terjadi erosi pada porsio (hubungan seksual).
c) Pada masa
reproduktif batas berpindah karena adanya infeksi (cervicitis, kolpitis).
d) Rangsangan
luar maka epitel gampang berapis banyak dan porsio mati dan diganti dengan
epitel silinderis canalis servikalis. (Winkjosastro, Jakarta : 2005 Hal. 167).
3.3 Patofisiologi Terjadinya Erosi Porsio
Proses
terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya
IUD. IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca,
kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi /
koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio. Bisa juga
dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel
superfisialis terkelupas dan terjadilah erosi portio. Dari posisi IUD yang
tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi
sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan
terjadilah erosi portio.
Dari semua kejadian erosi portio itu menyebabkan
tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan
leher rahim.Selain dan personal hygien yang kurang IUD juga dapat menyebabkan
bertambahnya volume dan lama haid darah merupakan medai subur untuk masuknya
kuman dan menyebabkan infeksi, dengan adanya infeksi dapatmasuknya kuman dan
menyebabkan infeksi.
Dengan adanya infeksi dapat menyebabkan Epitel Portio
menipis sehingga mudah menggalami Erosi Portio, yang ditandai dengan sekret
bercampur darah, metrorrhagia, ostium uteri eksternum tampak kemerahan, sekred
juga bercampur dengan nanah, ditemukan ovulasi nabathi. (Winkjosastro, hanifa.
Ilmu kandungan jilid I, YBPS-SP, Jakarta : 2005).
3.4 Tanda dan Gejala
a)
Sekret bercampur darah setelah bersenggama
b)
Dapat menimbulkan pendarahan kontak.
c)
Portio uterus disekitar ostium uteri eksternum tampah
daerah kemerah-merahan yang sulit dipisahkan secara jelas dan Epitel Portio.
d)
Sekret juga tidak dapat bercampur dengan nanah.
e)
Pada Erosi sering di ketemukan ovula nobathii.
(Winkjosastro, Jakarta : 2005 Hal 175).
3.5 Penanganan
Erosi dapat
disembuhkan dengan obat keras seperti AgNO3 10% atau Albothyl yang menyebabkan
nekrose Epitel silinderis dengan harapan bahwa kemudian diganti dengann Epitel
gepeng berlapis banyak.
a)
Memberikan albotyl di sekitar Erosio pada portio.
b)
Melakukan penatalaksanaan pemberian obat.
·
Lyncopar 3 x 1 untuk infeksi berat yang disebabkan
oleh bakteri /streptokokus pneomokokus stafilokokus dan infeksi kulit dan
jaringan lunak.
·
Ferofort 1 x 1 berfungsi untuk mengobati keputihan
·
Mefinal 3 x 1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit
4.1 Pengertian Ulkus Portio
Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah
dengan batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum.
4.2 Etiologi
a)
Penggunaan IUD
b)
Pemakaian pil
c)
Perilaku seksual yang tidak sehat
d)
Trauma
4.3 Patofisiologi
Proses terjadinya ulkus portio dapat
disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD.IUD yang mengandung
polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion
sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan
terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan
iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah
ulkus portio dan akhir nya menjadi ulkus.
Dari posisi IUD yang tidak tepat
menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret
vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan
terjadilah erosi portio.Dari semua kejadian ulkus portio itu menyebabkan
tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan
leher rahim.
4.4 Gejala
a)
Adanya fluxus
b)
Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas
c)
Adanya kontak berdarah
d)
Portio teraba tidak rata
4.5 Penanggulangan
a)
Membatasi hubungan suami istri
Adanya ulkus porsio membuat porsio mudah sekali berdarah
setiap kali mengalami gesekan sekecil apapun, sehingga sebaiknya koitus
dihindari sampai ulkus sembuh.
b)
Menjaga kebersihan vagina
Bila kebersihan vagina tidak dijaga, maka akan dapat
memperburuk kondisi porsio, sebab akan semakin rentan terkena infeksi lainnya.
c)
Lama
pemakaian IUD harus diperhatikan.
4.6 Efek Samping Penggunaan IUD dan Penanggulangannya
1.
Infeksi
a)
Gejala :
·
Keluarnya cairan putih yang baru
·
Nyeri perut bagian bawah
·
Suhu ≥ 37ºC
b)
Penyebab
·
Akibat dari pemasangan tidak sesuai dengan standar
baku dan tidak steril.
·
Partner
seksual yang banyak dan lama pemakaian IUD.
c)
Penanggulangan
·
Saling setia pada pasangannya
·
Lama
pemakaian IUD harus diperhatikan
·
Pengobatan dengan albotyl vagina 1x selama satu
minggu.
2.
Keputihan
a)
Gejala : Keluarnya cairan jernih, tidak berbau dan
tidak ada gatal dari vagina
b)
Penyebab
Karena
adanya reaksi endometrium.
c)
Penanggulangan
·
Menjaga kebersihanvagina agar tidak lembab
·
Sering kontrol, jangan kalau ada keluhan saja
·
USG
·
Pengobatan dengan albotyl 36 % nystatisn 1x / minggu.
3. Ekspulsi
a)
Gejala
·
Nyeri pada keluhan
·
Terabanya bagian IUD di dalam vagina.
b)
Penyebab
·
Karena ukuran IUD yang tidak sesuai
·
Karena letak IUD yang tidak sempurna.
d)
Penanggulangan
·
Melepas IUD
·
Pemasangan yang sesuai standar
·
Ukuran IUD
disesuaikan dengan ukuran uterus.
e)
Translokasi IUD
a.
Gejala
·
Klien merasakan rasa nyeri yang hebat pada waktu
pemasangan
·
Klien tampak menyeringai.
b.
Penyebab
·
Pemasangan yang sulit sehingga dilakukan pemaksaan
·
Pemasukan inserter dengan arah yang salah
·
Teknik pemasangan IUD dengan push ini.
c.
Penanggulangan
·
Kolaborasi dengan dokter untuk USG
·
Angkat IUD dengan laparotomi.
4. Rasa mules / nyeri / kram perut bawah
a)
Gejala
·
Nyeri / mules / sakit pinggang terutama pada hari
pertama sesudah pemasangan
·
Wajah klien menyeringai
·
Nyeri tekan pada atas sympisis pada adneksa.
b)
Penyebab Psikis.
·
Letak IUD yang tidak tepat
·
IUD
merangsang pembentukan prostaglandin pada waktu haid.
c)
Penanggulanganan
·
Beri konseling pada akseptor
·
IUD dilepas bila nyeri hebat
·
Beri antibiotik 3x 500 mg/hr selama 1 minggu
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Penyebab
fungsional perdarahan dari uterus yang tidak ada
hubungannya dengan sebab organik, dinamakan perdarahan disfungsional.
Perdarahan diluar haid dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan
menopause. Tetapi kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan
masa akhir fungsi ovarium.
Beberapa Penyebab Dari perdarahan diluar haid yaitu :
• Polip serviks
• Erosi portio
• Ulkus portio
• Trauma
• Polip endometrium
3.2
Saran
3.2.1
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada mahasiswa dalam melakukan tindakan melalui hal-hal baru
yang ditemui mahasiswa dilahan paktik
yang belum didapatkan dipendidikan sehingga kualitas pendidikanpun dapat ditingkatkan khususnya di program study DIII
Kebidanan Darul Ma’arif Al-Insan Baturaja
3.2.2
BagiMahasiswa
Diharapakan dapat melakukan suatu tindakan sesuai dengan prosedur pelaksanaan .Mahasiswa diharapkan dapat mengetahuhi teori dan praktik lapangan tentang gangguan reproduksi dengan baik dan benar .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar