KELAINAN AIR KETUBAN
Disusun Oleh :
Liyut Romania
11.113
YAYASAN DARUL MA’ARIF AL INSAN
BATURAJA
PROGRAM D.III KEBIDANAN
TAHUN 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Selaput amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur
tetapi kuat. Bagian dalam selaput yang berhubungan dengan cairan merupakan
jaringan sel kuboitd yang asalnya ectoderm.
Lapisan
dalam amnion merupakan mikrovili yang berfungsi mentransfer cairan dan
metabolic.
Sejak awal kehamilan cairan amnion telah dibentuk. Cairan
amnion merupakan bantalan dan pelindung untuk proteksi sekaligus menunjang
pertumbuhan. Cairan amnion mengandung banyak sel janin (lanugo, verniks
kaseosa).
Fungsi
cairan amnion yang juga penting ialah menghambat bakteri karena mengandung zat
seperti fosfat dan zeng.
Kelainan air ketuban adalah suatu keadaan dimana jumlah air
ketuban lebih banyak atau sedikit
dari normal.
Macam-macam
kelainan air ketuban:
1. KETUBAN PECAH DINI (KPD)
2. POLIGOHIDRAMNION
3. OLIGOHIDRAMNION
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa Saja Macam-Macam Kelainan Air
Ketuban?
2. Bagaimana Etiologi Terjadinya
Kelainan Air Ketuban?
3. Bagaimana Penatalaksanaan
Kelainan Air Ketuban?
1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Macam-Macam
Kelainan Air Ketuban
2. Untuk Mengetahui Etiologi
Terjadinya Kelainan Air Ketuban
3. Untuk
Mengetahui Penatalaksanaan Kelainan Air Ketuban
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 FUNGSI AIR KETUBAN
Air ketuban berfungsi antara lain
untuk:
· Sebagai pelindung yang akan menahan
janin dari trauma akibat benturan.
·
Melindungi dan mencegah tali pusat
dari kekeringan, yang dapat menyebabkannya mengerut sehingga menghambat
penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin.
·
Berperan sebagai cadangan cairan dan
sumber nutrien bagi janin untuk sementara.
·
Memungkinkan janin bergerak lebih
bebas, membantu sistem pencernaan janin, sistem otot dan tulang rangka, serta
sistem pernapasan janin agar berkembang dengan baik.
·
Menjadi inkubator yang sangat
istimewa dalam menjaga kehangatan di sekitar janin.
Selaput
ketuban dengan cairan ketuban di dalamnya merupakan penahan janin dan rahim
terhadap kemungkinan infeksi.
a. Pada waktu persalinan, air ketuban dapat
meratakan tekanan atau kontraksi di dalam rahim, sehingga leher rahim membuka.
b. Dan saat kantung ketuban pecah, air
ketuban yang keluar sekaligus akan membersihkan jalan lahir.
Pada saat kehamilan, air ketuban
juga bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan yang dialami janin, khususnya
yang berhubungan dengan kelainan kromosom.
2.2 MACAM-MACAM KELAINAN AIR KETUBAN
2.2.1.
KPD (KETUBAN PECAH DINI)
A.
Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya
(KPSW) atau ketuban pecah prematur (KPP) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai
dan ditunggu satu jam sebelum terjadinya inpartu.
Ketuban Pecah Dini dibedakan
menjadi 2, yaitu :
·
PPROM ( Preterm Premature Rupture of
Membranes ) yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset persalin
(ketuban pecah pada saat usia kehamilan < 37 minggu).
·
TPROM (Term Prematur Rupture of Membranes)
yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset persalinan (ketuban pecah
pada usia kehamilan > 37 minggu).
B.
Etiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini tidak atau masih belum diketahui
secara jelas maka upaya preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha
menekan infeksi.
Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya
insidensi ketuban pecah dini antara lain :
Ø Serviks
yang inkopetensia
Kanalis
servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri
(akibat persalinan atau curettage)
Ø Tekanan
intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidramnion dan kehamilan ganda.
Ø Kelainan
letak, misalnya letak sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP)
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah
Ø Infeksi
yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun dari vagina atau
infeksi cairan ketuban bisa menyebabkan KPD.
Ø Trauma
yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dapat menyebabkan
terjadinya KPD karena infeksi
Ø Kelainan
bawaan dari selaput ketuban
Ø Defisiensi
gizi dari tembaga atau asam askorbat ( Vitamin C )
Ø Kemungkinan
kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk ke PAP, CPD.
C. Pengaruh Ketuban Pecah Dini
Adapun
pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :
1.
Pengaruh terhadap ibu
a.
Infeksi intrapartial
b.
Infeksi puerperalis
c.
Partus lama
d.
Perdarahan postpartum
e.
Morbiditas dan mortalitas maternal
2.
Pengaruh terhadap janin
a.
Prematuritas
b.
Infeksi intra uterin
c.
Prolaps funiculi
d.
Asfiksia neonatorum
e.
Morbiditas dan mortalitas maternal
D. Diagnosa
Secara
klinis diagnose ketuban pecah dini tidak sukar dibuat dengan anamnesa pada
klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah
dapat menilai itu mengarah ke ketuban pecah dini. Untuk menentukan betul
tidaknya ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan cara :
Ø Umur kehamilan ˃ 20 minggu
Ø Keluar cairan ketuban dari vagina
tanpa disertai rasa mules
Ø Cairan dapat keluar sedikit atau
banyak
Ø Cairan dapat keluar saat duduk,
berdiri maupun tidur
Ø Demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi
Ø Aroma air ketuban berbau manis dan
tidak seperti amoniak
Ø Pemeriksaan abdomen uterus lunak
tidak nyeri tekan
Ø Pemeriksaan inspekulo, terlihat
cairan keluar dari ostium uteri internum
Ø Dilakukan uji kertas lakmus :
Merah – biru (basa) : air ketuban
Merah – merah (asam) : air kencing
Ø Tes
pakis, dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis
Ø Pemeriksaan Mikroskopik : terlihat
lanugo dan vernik kaseosa
E. Prognosis / Komplikasi
Ada
pun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :
a.Prognosis ibu
ü Infeksi
intrapartal dalam persalinan
Jika terjadi infeksi dan kontraksi
ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkan
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas
ü Infeksi
puerperalis / masa nifas
ü Dry
labour / Partus lama
ü Perdarahan
post partum
ü Meningkatkan
tindakan operatif obstetri (khususnya SC)
ü Morbiditas dan mortalitas maternal
b. Prognosis janin
Ø Prematuritas
Masalah yang dapat terjadi pada
persalinan prematur diantaranya adalah respiratory distress sindrome,
hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy of premturity, intraventricular
hemorrhage, necrotizing enterocolitis, brain disorder (and risk of cerebral
palsy), hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.
Ø Prolaps funiculli / penurunan tali
pusat
Ø Hipoksia dan Asfiksia sekunder
(kekurangan oksigen pada bayi)
Mengakibatkan kompresi tali pusat,
prolaps uteri, dry labour/pertus lama, apgar score rendah, ensefalopaty,
cerebral palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory distress.
Ø Sindrom
deformitas janin
Terjadi akibat oligohidramnion.
Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan
janin terhambat (PJT).
Ø Morbiditas
dan mortalitas perinatal
F. Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur
kehamilan dan tanda infeksi
intrauterine. Pada umumnya lebih
baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan melahirkan bayi yang
berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil
resiko infeksi intrauterine.
• Tindakan
konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian antibiotik dan
cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru,
amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih kontroversi), fetal
and maternal monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu
dengan sectio caesarea (SC) atau pun partus pervaginam. Dalam penetapan langkah
penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkah konservatif ataukah
aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin,
fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat perawatan,
fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu dan kemampuan
finansial keluarga.
• Untuk
usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan
mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur.
• Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan
terminasi dan pemberian profilaksis
streptokokkus grup B. Untuk
kehamilan 34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya dengan aterm.
• Untuk
usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan konservatif/expectant
management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes
pematangan paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian kortikosteroid
(belum ada konsensus namun direkomendasikan oleh para ahli), pemberian
antibiotik selama fase laten.
• Untuk
previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan tindakan
konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B, single-course
kortikosteroid, tokolisis (belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama
fase laten (jika tidak ada kontraindikasi).
• Untuk
non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan koseling pasien dan
keluarga, lakukan tindakan konservatif atau induksi persalinan, tidak
direkomendasikan profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid, pemberian
antibiotik tidak dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian yang lama).
•
Rekomendasi klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode fase
laten yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk
mencegah terjadinya resiko perdarahan intraventrikuler, respiratory distress
syndrome dan necrotizing examinations),tidak boleh dilakukan digital cervical
examinations jadi pilihannya adalah dengan spekulum, tokolisis untuk jangka
waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk jangka pendek dapat
dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan
transportasi maternal, pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian
multiple course tidak direkomendasikan.
·
Pematangan
paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 2×6 mg (2
hari) atau betametason 1×12 mg (2 hari).
•
Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), calsium antagonis
(nifedipine), prostaglandin sintase inhibitor (indometasin), magnesium sulfat,
oksitosin antagonis (atosiban).
• Tindakan epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah terutama dalam metabolisme kolagen untuk maintenance integritas membran korio-amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi lagi setelah terjadi PROM.
• Tindakan epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah terutama dalam metabolisme kolagen untuk maintenance integritas membran korio-amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi lagi setelah terjadi PROM.
• Tindakan
terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda chorioamnionitis, terdapat
tanda-tanda kompresi tali pusat/janin (fetal distress) dan pertimbangan antara
usia kehamilan, lamanya ketuban pecah dan resiko menunda persalinan.
• KPD pada
kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik eritromisin 3×250
mg, amoksisillin 3×500 mg dan kortikosteroid.
• KPD pada
kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6 jam) berikan
ampisillin 2×1 gr IV dan penisillin G 4×2 juta IU, jika serviks matang lakukan
induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC.
• KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun
> 37 minggu), berikan antibiotik ampisillin 4×2 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB,
jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks
tidak matang lakukan SC.
2.2.2
POLIHIDRAMNION
A.
Definisi
Menurut Rustam Muchtar (1998) polihidramnion merupakan
keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal atau lebih dari dua
liter.
Polihidramnion adalah cairan amnion >2000 ml pada
kehamilan aterm.
(Thomas
Rabe, 2002: 150).
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang berlebihan
(lebih dari 2000 ml). Normal volume cairan amnion meningkat secara bertahap
selama kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36
minggu (Ben-Zion Taber, 1994: 39).
Polihydramnion atau disingkat hidramnion didefinisikan
sebagai suatu keadaan dimana jumlah air ketuban > dari 2000 cc. Sedangkan
secara klinis adalah penumpukan cairan ketuban yang berlebihan sehingga
menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien.
·
Dibedakan
menjadi 2, yaitu :
1. Hidramnion Akut
Penambahan air ketuban secara cepat
dan mendadak dan biasanya terjadi pada trimester II.
2. Hidramnion Kronis
Penambahan air ketuban secara
perlahan – lahan dan biasanya terjadi pada trimester III. (Sastrawinata
Sulaiman, 2004: 39).
·
Hidramnion
sering terjadi bersamaan dengan :
a. Gemelli atau hamil ganda (12,5%),
b. Hidrops foetalis
c. Diabetes mellitus
d. Toksemia gravidarum
e. Cacat janin terutama pada
anencephalus dan atresia esophagei
f. Eritroblastosis foetalis
B. Etiologi
Mekanisme
terjadi Polihidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori
Polihidramnion terjadi karena :
·
Produksi
air ketuban bertambah; yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel
amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk
kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada
anencephalus.
·
Pengaliran
air ketuban terganggu; air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti
dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi
oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam peredaran
darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada
atresia esophogei, anencephalus atau tumor-tumor placenta.
Pada
anencephalus dan spina bifida diduga bahwa hidramnion terjadi karena transudasi
cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak
anencephal tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang
sempurna hingga anak ini kencing berlebihan. Pada atresia oesophagei hidramnion
terjadi karena anak tidak menelan. Pada gemelli mungkin disebabkan karena salah
satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan oleh karena itu
juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena luasnya amnion lebih
besar pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering ditemukan placenta besar.
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA
Hermina Pasteur, Bandung (2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena:
a. Produksi air jernih berlebih
b. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan
ketuban menumpuk, yaitu hidrocefalus, atresia
saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing congenital
c. Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak
bisa menelan air ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastic
d. Kehamilan kembar, karena adanya
dua janin yang menghasilkan air seni.
e. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang
menyangkut sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami
kelumpuhan.
f. Ibu hamil mengalami diabetes yang
tidak terkontrol
g. Ketidak cocokan /
inkompatibilitas rhesus.
C. Gejala klinis
1. Perut Ibu hamil sangat besar. Misalnya saja pada usia
kehamilan enam minggu,besar perut Ibu
seperti telah menginjak usia kehamilan delapan hingga sembilan bulan
2. Tulang punggung Ibu semasa hamil
terasa nyeri.
3. Perut terasa kembung dan lebih
kencang.
4. Kulit perut tampak mengkilap.
5.Terkadang Ibu merasakan sakit pada
perut ketika berjalan.
6. Rahim Ibu tumbuh lebih cepat daripada yang seharusnya.
Tekanan pada diafragma menyebabkan ibu mengalami sesak nafas.
7. Denyut jantung janin sulit dipantau. Bagian-bagian tubuh
janin sulit diraba.
Gejala utama yang menyertai
Polihidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanis dan terutama
disebabkan oleh tekanan di dalam sekitar uterus yang mengalami overdistensi
terhadap organ-organ di dekatnya.
Apabila peregangannya berlebihan, ibu dapat mengalami
dispnea dan pada kasus ekstrim, mungkin hanya dapat bernafas bila dalam posisi
tegak. Sering terjadi edema akibat penekanan sistem vena besar oleh uterus yang
sangat besar, terutama di ekstremitas bawah, vulva, dan dinding abdomen.
Walaupun jarang, dapat terjadi oligouria berat akibat obstruksi ureter oleh
uterus yang sangat besar.
Pada hidramnion kronik, penimbunan cairan berlangsung secara
bertahap dan wanita yang bersangkutan mungkin mentoleransi distensi abdomen
yang berlebihan tanpa banyak mengalami rasa tidak nyaman. Namun pada hidramnion
akut, distensi abdomen dapat menyebabkan gangguan yang cukup serius dan mengancam.
Hidramnion akut cenderung muncul
pada kehamilan dini dibandingkan dengan bentuk kronik dan
dapat dengan cepat memperbesar uterus. Hidramnion akut biasanya akan
menyebabkan persalinan sebelum usia gestasi 28 minggu, atau gejala dapat
menjadi demikian parah sehingga harus dilakukan intervensi.
Pada sebagian besar kasus hidramnion
kronik, tekanan cairan amnion tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan pada
kehamilan normal.
Gejala klinis utama pada hidramnion adalah pembesaran uterus
disertai kesulitan dalam meraba bagian-bagian kecil janin dan mendengar denyut
jantung janin. Pada kasus berat, dinding uterus sangat tegang. Membedakan
antara hidramnion, asites, atau kista ovarium yang besar biasanya mudah
dilakukan dengan evaluasi ultrasonografi. Cairan amnion dalam jumlah besar
hampir selalu mudah diketahui sebagai ruang bebas-echo yang sangat besar di
antara janin dan
dinding uterus atau plasenta. Kadang
mungkin ditemui kelainan janin misalnya anensefalus atau defek tabung syaraf
lain, atau anomali saluran cerna.
Penyulit tersering pada ibu yang
disebabkan oleh hidramnion adalah solusio plasenta, disfungsi uterus dan
perdarahan pasca persalinan. Pemisahan dini plasenta yang luas kadang-kadang
terjadi setelah air ketuban keluar dalam jumlah yang besar karena berkurangnya
luas permukaan uterus di bawah plasenta. Disfungsi uterus dan perdarahan pasca
persalinan terjadi akibat atonia uteri karena overdistensi.
D. Diagnosis
1. Anamnesis
·
Perut
terasa lebih besar dn lebih berat dari pada biasa
·
Sesak
nafas, nyeri ulu hati dan sianosis
·
Nyeri
perut karena tegangnya uterus
2.
Inspeksi
·
Kelihatan
perut sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak, dan
kadang-kadng umbilicus mendatar
·
Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah dengan
kehamilannya
·
Edema pada tungkai, vulva dan abdomen
·
Jika
akut, ibu akan terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah membawa
kandungannya
3.
Palpasi
a. Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi
oedema pada dinding perut, vulva dan tungkai
b. Fundus uteri lebih
tinggi dari umur sesungguhnya
c. Bagian janin sukar
dikenali
d. Kalau pada letak kepala, kepala janin dapat
diraba maka balotement jelas sekali, Karena bebasnya janin bergerak dan
tidak terfiksir maka dapat terjadi kesalahan-kesalahan letak janin.
4. Auskultasi
DJJ
sukar didengar, dan jika terdengar hanya sekali
5. Pemeriksaan
penunjang
·
Foto
Rontgen pada hidramnion berguna untuk disgnostik dan untuk menentukan etiologi,
nampak bayangan terselubung kabut, karena banyaknya cairan kadang bayangan
janin tidak jelas.
·
Ultrasonografi
6. Diagnose banding
·
Gemeli
· Kehamilan
dengan tumor
· Kista ovarium
7. Pemeriksaan Dalam
Selaput ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun diluar
his.
E.
Komplikasi/prognosis
Komplikasi:
a. Persalinan kurang bulan
b. Dispnea atau sesak
nafas pada ibu
c. Kelainan persentasi janin
d. Solusio Plasenta
e.
Prolaps tali pusat
f. Disfungsi uterus
selama persalinan
Prognosis:
1.
Terhadap ibu
· Solusio plasenta
· Inertia uteri
· Perdarahan post partum
2.Terhadap
janin
· Kelainan congenital
· Prematuritas
F.
Penatalaksanaan
Terapi hidromnion dibagi dalam tiga
fase:
1. Waktu
hamil
a.Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup
diobservasi dan berikan terapi simptomatis.
b.Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus
dirawat dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam.
Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat
sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah
umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan berkurang.
Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi
bila anak belum viable.
Komplikasi
pungsi dapat berupa :
- Timbul his
- Trauma pada janin
- Terkenanya rongga-rongga
dalam perut oleh tusukan
- Infeksi serta syok
2. Waktu
bersalin
a.Bila tidak ada hal-hal yang
mendesak, maka sikap kita menunggu
b.Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka
lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan
memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban
akan keluar pelan-pelan
c.Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah,
maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju
kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar
pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta,
syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum karena
atonia uteri.
3.
Post partum
a. Harus
hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya
lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat
uterotonika
b.
Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum
c.
Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk
menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.
G. Anatomi Fisiologis
Amnion manusia pertama kali dapat
diidentifikasi pada sekitar hari ke-7 atau ke-8 perkembangan mudigah. Pada
awalnya sebuah vesikel kecil yaitu amnion, berkembang menjadi sebuah kantung
kecil yang menutupi permukaan dorsal mudigah. Karena semakin membesar, amnion
secara bertahap menekan mudigah yang sedang tumbuh, yang mengalami prolaps ke
dalam rongga amnion.
Cairan amnion pada keadaan normal berwarna putih agak keruh
karena adanya campuran partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal
dari lanugo, sel epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion pada
keadaan aterm adalah sekitar 800 ml, atau antara 400 ml -1500 ml dalam keadaan
normal. Pada kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml, dan kehamilan
20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30 minggu, cairan amnion
lebih mendominasi dibandingkan dengan janin sendiri.
Cairan amnion diproduksi oleh janin
maupun ibu, dan keduanya memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan.
Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi
epitel selaput amnion.
Dengan bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion
didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20
minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil
alih peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion.
Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml
per hari cairan amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari
cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi
pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan cairan amnion.
Pada kondisi dimana terdapat
gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis ginjal, akan menyebabkan
oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan pada janin, seperti atresia
esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan polihidramnion.
2.2.3 Oligohidramnion
A. Defenisi
Suatu
keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.
B.
Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi
disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin. Etiologi primer lainnya
mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya dan etiologi sekunder
lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.
C.
Gambaran Klinis
- Uterus tampak lebih kecil
dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
- Ibu merasa nyeri di perut
pada setiap pergerakan anak.
- Sering berakhir dengan partus
prematurus.
- Bunyi jantung anak sudah
terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
- Persalinan lebih lama dari
biasanya.
- Sewaktu his akan sakit
sekali.
- Bila ketuban pecah, air
ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
- USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak
adanya ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal)
- Rontgen perut bayi
- Rontgen paru-paru bayi
- Analisa gas darah
E. Komplikasi Oligohidramnion
· Bila terjadi pada permulaan
kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan pertumbuhan janin dapat
terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak seperti kertas
kusut karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
·
Bila
terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti
club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering
(lethery appereance).
F. Penanganan
1. ANC secara teratur
2. Deteksi dini kelainan janin
3. Deteksi dini penyakit dan komplikasi yang menyertai
kehamilan
4. Konseling
5. Pendidikan kesehatan
6. Konsultasi dan kolaborasi
7. Tirah baring.
8. Hidrasi.
9. Perbaikan nutrisi.
10. Pemantauan kesejahteraan janin
(hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
11.Pemeriksaan USG yang umum dari
volume cairan amnion.
12. Amnion infusion.
13. Induksi dan kelahiran.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kelainan
air ketuban adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak
atau sedikit dari normal.
Macam-macam kelainan air ketuban
1. Ketuban Pecah
Dini (Kpd)
2.
Poligohidramnion
3. Oligohidramnion
3.2 SARAN
Semoga
dari makalah yang saya buat, pembaca dapat mencegah terjadinya kelainan Air
Ketuban, Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar