Selasa, 04 Februari 2014

KELAINAN AIR KETUBAN


KELAINAN AIR KETUBAN


Disusun Oleh :
Liyut Romania
11.113



YAYASAN DARUL MA’ARIF AL INSAN BATURAJA
PROGRAM D.III KEBIDANAN
TAHUN 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Selaput amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat. Bagian dalam selaput yang berhubungan dengan cairan merupakan jaringan sel kuboitd yang asalnya ectoderm.
Lapisan dalam amnion merupakan mikrovili yang berfungsi mentransfer cairan dan metabolic.
Sejak awal kehamilan cairan amnion telah dibentuk. Cairan amnion merupakan bantalan dan pelindung untuk proteksi sekaligus menunjang pertumbuhan. Cairan amnion mengandung banyak sel janin (lanugo, verniks kaseosa).
Fungsi cairan amnion yang juga penting ialah menghambat bakteri karena mengandung zat seperti fosfat dan zeng.
Kelainan air ketuban adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak atau sedikit  dari normal.
Macam-macam kelainan air ketuban:
            1. KETUBAN PECAH DINI (KPD)
            2. POLIGOHIDRAMNION
            3. OLIGOHIDRAMNION

1.2 RUMUSAN MASALAH
            1. Apa Saja Macam-Macam Kelainan Air Ketuban?
            2. Bagaimana Etiologi Terjadinya Kelainan Air Ketuban?
            3. Bagaimana Penatalaksanaan Kelainan Air Ketuban?


1.3 TUJUAN
            1. Untuk Mengetahui Macam-Macam Kelainan Air Ketuban
            2. Untuk Mengetahui Etiologi Terjadinya Kelainan Air Ketuban
3. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Kelainan Air Ketuban


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 FUNGSI AIR KETUBAN                          
Air ketuban berfungsi antara lain untuk:
·         Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan.
·         Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat menyebabkannya mengerut sehingga menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin.
·         Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrien bagi janin untuk sementara.
·         Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu sistem pencernaan janin, sistem otot dan tulang rangka, serta sistem pernapasan janin agar berkembang dengan baik.
·         Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan di sekitar janin.
Selaput ketuban dengan cairan ketuban di dalamnya merupakan penahan janin dan rahim terhadap kemungkinan infeksi.
a.  Pada waktu persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi di dalam rahim, sehingga leher rahim membuka.
b. Dan saat kantung ketuban pecah, air ketuban yang keluar sekaligus akan membersihkan jalan lahir.
Pada saat kehamilan, air ketuban juga bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan yang dialami janin, khususnya yang berhubungan dengan kelainan kromosom.

2.2  MACAM-MACAM  KELAINAN AIR KETUBAN
2.2.1. KPD (KETUBAN PECAH DINI)
A. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau ketuban pecah prematur (KPP) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadinya inpartu.

Ketuban Pecah Dini dibedakan menjadi 2, yaitu :
·         PPROM ( Preterm Premature Rupture of Membranes ) yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset persalin (ketuban pecah pada saat usia kehamilan < 37 minggu).
·         TPROM (Term Prematur Rupture of Membranes) yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset persalinan (ketuban pecah pada usia kehamilan > 37 minggu).

B. Etiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini tidak atau masih belum diketahui secara jelas maka upaya preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.

Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insidensi ketuban pecah dini antara lain :
Ø Serviks yang inkopetensia
Kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat  persalinan atau curettage)
Ø Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion dan kehamilan ganda.
Ø Kelainan letak, misalnya letak sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang            menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah
Ø Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun dari vagina atau infeksi cairan ketuban bisa menyebabkan KPD.
Ø Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dapat menyebabkan terjadinya KPD karena infeksi
Ø  Kelainan bawaan dari selaput ketuban
Ø  Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat ( Vitamin C )
Ø  Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk ke PAP, CPD.


C. Pengaruh Ketuban Pecah Dini
Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :
1.      Pengaruh terhadap ibu
a.       Infeksi intrapartial
b.      Infeksi puerperalis
c.       Partus lama
d.      Perdarahan postpartum
e.       Morbiditas dan mortalitas maternal
2.      Pengaruh terhadap janin
a.       Prematuritas
b.      Infeksi intra uterin
c.       Prolaps funiculi
d.      Asfiksia neonatorum
e.       Morbiditas dan mortalitas maternal

D. Diagnosa
Secara klinis diagnose ketuban pecah dini tidak sukar dibuat dengan anamnesa pada klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai itu mengarah ke ketuban pecah dini. Untuk menentukan betul tidaknya ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan cara :
Ø  Umur kehamilan ˃ 20 minggu
Ø  Keluar cairan ketuban dari vagina tanpa disertai rasa mules
Ø  Cairan dapat keluar sedikit atau banyak
Ø  Cairan dapat keluar saat duduk, berdiri maupun tidur
Ø  Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi
Ø  Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti amoniak
Ø  Pemeriksaan abdomen uterus lunak tidak nyeri tekan
Ø  Pemeriksaan inspekulo, terlihat cairan keluar dari ostium uteri internum


Ø  Dilakukan uji kertas lakmus :
Merah – biru (basa) : air ketuban
Merah – merah (asam) : air kencing
Ø  Tes pakis, dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis
Ø  Pemeriksaan Mikroskopik : terlihat lanugo dan vernik kaseosa

E. Prognosis / Komplikasi
Ada pun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :
a.Prognosis ibu
ü  Infeksi intrapartal dalam persalinan
Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas
ü  Infeksi puerperalis / masa nifas
ü  Dry labour / Partus lama
ü  Perdarahan post partum
ü  Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC)
ü   Morbiditas dan mortalitas maternal

b. Prognosis janin
Ø  Prematuritas
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah respiratory distress sindrome, hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy of premturity, intraventricular hemorrhage, necrotizing enterocolitis, brain disorder (and risk of cerebral palsy), hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.
Ø  Prolaps funiculli / penurunan tali pusat
Ø  Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)
Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/pertus lama, apgar score rendah, ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory distress.

Ø  Sindrom deformitas janin
Terjadi akibat oligohidramnion. Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat (PJT).
Ø  Morbiditas dan mortalitas perinatal

F. Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi
intrauterine. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterine.
• Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian antibiotik dan cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru, amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih kontroversi), fetal and maternal monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan sectio caesarea (SC) atau pun partus pervaginam. Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat perawatan, fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu dan kemampuan finansial keluarga.
• Untuk usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur.
• Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan terminasi dan pemberian profilaksis
streptokokkus grup B. Untuk kehamilan 34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya dengan aterm.
• Untuk usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan konservatif/expectant management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes pematangan paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian kortikosteroid (belum ada konsensus namun direkomendasikan oleh para ahli), pemberian antibiotik selama fase laten.
• Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan tindakan konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B, single-course kortikosteroid, tokolisis (belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama fase laten (jika tidak ada kontraindikasi).
• Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan koseling pasien dan keluarga, lakukan tindakan konservatif atau induksi persalinan, tidak direkomendasikan profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid, pemberian antibiotik tidak dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian yang lama).
• Rekomendasi klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode fase laten yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah terjadinya resiko perdarahan intraventrikuler, respiratory distress syndrome dan necrotizing examinations),tidak boleh dilakukan digital cervical examinations jadi pilihannya adalah dengan spekulum, tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan transportasi maternal, pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple course tidak direkomendasikan.
·   Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 2×6 mg (2 hari) atau betametason 1×12 mg (2 hari).
• Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), calsium antagonis (nifedipine), prostaglandin sintase inhibitor (indometasin), magnesium sulfat, oksitosin antagonis (atosiban).
• Tindakan epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah terutama dalam metabolisme kolagen untuk maintenance integritas membran korio-amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi lagi setelah terjadi PROM.
• Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda chorioamnionitis, terdapat tanda-tanda kompresi tali pusat/janin (fetal distress) dan pertimbangan antara usia kehamilan, lamanya ketuban pecah dan resiko menunda persalinan.
• KPD pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik eritromisin 3×250 mg, amoksisillin 3×500 mg dan kortikosteroid.
• KPD pada kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6 jam) berikan ampisillin 2×1 gr IV dan penisillin G 4×2 juta IU, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC.
 • KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan antibiotik ampisillin 4×2 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC.

2.2.2 POLIHIDRAMNION
A. Definisi
Menurut Rustam Muchtar (1998) polihidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal atau lebih dari dua liter.
Polihidramnion adalah cairan amnion >2000 ml pada kehamilan aterm.
(Thomas Rabe, 2002: 150).
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang berlebihan (lebih dari 2000 ml). Normal volume cairan amnion meningkat secara bertahap selama kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36 minggu (Ben-Zion Taber, 1994: 39).
Polihydramnion atau disingkat hidramnion didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana jumlah air ketuban > dari 2000 cc. Sedangkan secara klinis adalah penumpukan cairan ketuban yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien.
·         Dibedakan menjadi 2, yaitu :
1.      Hidramnion Akut
Penambahan air ketuban secara cepat dan mendadak dan biasanya terjadi pada trimester II.
2.      Hidramnion Kronis
Penambahan air ketuban secara perlahan – lahan dan biasanya terjadi pada trimester III. (Sastrawinata Sulaiman, 2004: 39).

·         Hidramnion sering terjadi bersamaan dengan :
a. Gemelli atau hamil ganda (12,5%),
b. Hidrops foetalis
c. Diabetes mellitus
d. Toksemia gravidarum
e. Cacat janin terutama pada anencephalus dan atresia esophagei
f. Eritroblastosis foetalis
B. Etiologi
Mekanisme terjadi Polihidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori Polihidramnion terjadi karena :
·         Produksi air ketuban bertambah; yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anencephalus.
·         Pengaliran air ketuban terganggu; air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk  kedalam peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia esophogei, anencephalus atau tumor-tumor placenta.

Pada anencephalus dan spina bifida diduga bahwa hidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephal tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing berlebihan. Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada gemelli mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena luasnya amnion lebih besar pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering ditemukan placenta besar.

Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur, Bandung (2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena:
a. Produksi air jernih berlebih
b. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrocefalus,   atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing congenital
c. Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastic
d. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni.
e. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan.
f. Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
g. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus.

C. Gejala klinis
1. Perut Ibu hamil sangat besar. Misalnya saja pada usia kehamilan enam minggu,besar  perut Ibu seperti telah menginjak usia kehamilan delapan hingga sembilan bulan
2. Tulang punggung Ibu semasa hamil terasa nyeri.
3. Perut terasa kembung dan lebih kencang.
4. Kulit perut tampak mengkilap.
5.Terkadang Ibu merasakan sakit pada perut ketika berjalan.
6. Rahim Ibu tumbuh lebih cepat daripada yang seharusnya. Tekanan pada diafragma menyebabkan ibu mengalami sesak nafas.
7. Denyut jantung janin sulit dipantau. Bagian-bagian tubuh janin sulit diraba.

Gejala utama yang menyertai Polihidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanis dan terutama disebabkan oleh tekanan di dalam sekitar uterus yang mengalami overdistensi terhadap organ-organ di dekatnya.
Apabila peregangannya berlebihan, ibu dapat mengalami dispnea dan pada kasus ekstrim, mungkin hanya dapat bernafas bila dalam posisi tegak. Sering terjadi edema akibat penekanan sistem vena besar oleh uterus yang sangat besar, terutama di ekstremitas bawah, vulva, dan dinding abdomen. Walaupun jarang, dapat terjadi oligouria berat akibat obstruksi ureter oleh uterus yang sangat besar.
Pada hidramnion kronik, penimbunan cairan berlangsung secara bertahap dan wanita yang bersangkutan mungkin mentoleransi distensi abdomen yang berlebihan tanpa banyak mengalami rasa tidak nyaman. Namun pada hidramnion akut, distensi abdomen dapat menyebabkan gangguan yang cukup serius dan mengancam. Hidramnion akut cenderung muncul
pada kehamilan dini dibandingkan dengan bentuk kronik dan dapat dengan cepat memperbesar uterus. Hidramnion akut biasanya akan menyebabkan persalinan sebelum usia gestasi 28 minggu, atau gejala dapat menjadi demikian parah sehingga harus dilakukan intervensi.
Pada sebagian besar kasus hidramnion kronik, tekanan cairan amnion tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan pada kehamilan normal.
Gejala klinis utama pada hidramnion adalah pembesaran uterus disertai kesulitan dalam meraba bagian-bagian kecil janin dan mendengar denyut jantung janin. Pada kasus berat, dinding uterus sangat tegang. Membedakan antara hidramnion, asites, atau kista ovarium yang besar biasanya mudah dilakukan dengan evaluasi ultrasonografi. Cairan amnion dalam jumlah besar hampir selalu mudah diketahui sebagai ruang bebas-echo yang sangat besar di antara janin dan
dinding uterus atau plasenta. Kadang mungkin ditemui kelainan janin misalnya anensefalus atau defek tabung syaraf lain, atau anomali saluran cerna.
Penyulit tersering pada ibu yang disebabkan oleh hidramnion adalah solusio plasenta, disfungsi uterus dan perdarahan pasca persalinan. Pemisahan dini plasenta yang luas kadang-kadang terjadi setelah air ketuban keluar dalam jumlah yang besar karena berkurangnya luas permukaan uterus di bawah plasenta. Disfungsi uterus dan perdarahan pasca persalinan terjadi akibat atonia uteri karena overdistensi.

D. Diagnosis
1. Anamnesis
·         Perut terasa lebih besar dn lebih berat dari pada biasa
·         Sesak nafas, nyeri ulu hati dan sianosis
·         Nyeri perut karena tegangnya uterus
2. Inspeksi
·         Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak, dan kadang-kadng umbilicus mendatar
·          Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah dengan kehamilannya
·          Edema pada tungkai, vulva dan abdomen
·         Jika akut, ibu akan terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah membawa kandungannya
3. Palpasi
a.   Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut, vulva dan tungkai
b.   Fundus uteri lebih tinggi dari umur sesungguhnya
c.   Bagian janin sukar dikenali
d.   Kalau pada letak kepala, kepala janin dapat diraba maka balotement jelas sekali, Karena bebasnya janin bergerak dan tidak terfiksir maka dapat terjadi kesalahan-kesalahan letak janin.
4. Auskultasi
DJJ sukar didengar, dan jika terdengar hanya sekali
5. Pemeriksaan penunjang    
·         Foto Rontgen pada hidramnion berguna untuk disgnostik dan untuk menentukan etiologi, nampak bayangan terselubung kabut, karena banyaknya cairan kadang bayangan janin tidak jelas.
·         Ultrasonografi
6. Diagnose banding
·   Gemeli
·   Kehamilan dengan tumor
·   Kista ovarium
7.  Pemeriksaan Dalam
Selaput ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun diluar his.
E. Komplikasi/prognosis
Komplikasi:
a.   Persalinan kurang bulan
b.   Dispnea atau sesak nafas pada ibu
c.   Kelainan persentasi janin
d.   Solusio Plasenta
  e.   Prolaps tali pusat
f.   Disfungsi uterus selama persalinan

Prognosis:
1. Terhadap ibu
·  Solusio plasenta
·  Inertia uteri
·  Perdarahan post partum

2.Terhadap janin
·  Kelainan congenital
·  Prematuritas
·  Prolapsus tali pusat

F. Penatalaksanaan
Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase:
1. Waktu hamil
a.Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simptomatis.
b.Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable.
Komplikasi pungsi dapat berupa :
-  Timbul his
-  Trauma pada janin
-  Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
  Infeksi serta syok

2. Waktu bersalin
a.Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
b.Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan
c.Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri.
3. Post partum
a. Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya   lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika
b. Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum
c. Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.

G. Anatomi Fisiologis
Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar hari ke-7 atau ke-8 perkembangan mudigah. Pada awalnya sebuah vesikel kecil yaitu amnion, berkembang menjadi sebuah kantung kecil yang menutupi permukaan dorsal mudigah. Karena semakin membesar, amnion secara bertahap menekan mudigah yang sedang tumbuh, yang mengalami prolaps ke dalam rongga amnion.
Cairan amnion pada keadaan normal berwarna putih agak keruh karena adanya campuran partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal dari lanugo, sel epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion pada keadaan aterm adalah sekitar 800 ml, atau antara 400 ml -1500 ml dalam keadaan normal. Pada kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml, dan kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30 minggu, cairan amnion lebih mendominasi dibandingkan dengan janin sendiri.
Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion.
Dengan bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion.

Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan cairan amnion.
Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan pada janin, seperti atresia esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan polihidramnion.

2.2.3 Oligohidramnion
A. Defenisi
Suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.

B. Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.

C. Gambaran Klinis
- Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
- Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
- Sering berakhir dengan partus prematurus.
- Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
- Persalinan lebih lama dari biasanya.
- Sewaktu his akan sakit sekali.
- Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
- USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal)
- Rontgen perut bayi
- Rontgen paru-paru bayi
- Analisa gas darah


E. Komplikasi Oligohidramnion
·   Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
·   Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering (lethery appereance).

F. Penanganan
1. ANC secara teratur
2. Deteksi dini kelainan janin
3. Deteksi dini penyakit dan komplikasi yang menyertai kehamilan
4. Konseling
5. Pendidikan kesehatan
6. Konsultasi dan kolaborasi
7. Tirah baring.
8. Hidrasi.
9. Perbaikan nutrisi.
10. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
11.Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
12. Amnion infusion.
13. Induksi dan kelahiran.










BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kelainan air ketuban adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak atau sedikit  dari normal.
Macam-macam kelainan air ketuban                                               
     1. Ketuban Pecah Dini (Kpd)
     2. Poligohidramnion
     3. Oligohidramnion
3.2 SARAN
Semoga dari makalah yang saya buat, pembaca dapat mencegah terjadinya kelainan Air Ketuban, Terima kasih.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar